Puisi Ada Apa dengan Cinta 1? Karya Rako Prijanto - Cerita dan Analisisnya

Film Ada Apa dengan Cinta? adalah falah satu film Indonesia yang menandai kebangkitan industri perfilman Indonesia. Setelah sukses menggebrak dengan petualangan Sherina, film ini menjadi tonggak penting pasca era reformasi.

Film besutan sutradara ternama Rudi Soedjarwo ini menjadi film terlaris kala itu. Lagu yang dibawa Melly Goeslaw meledak. Pasangan Rangga dan Cinta menjadi legenda di benak-benak anak muda kala itu.

Salah satu yang unik dalam film ini dimasukkannya puisi ke dalam penguatan karakter Cinta dan Rangga.

Untuk Cinta sendiri, dia membacakan puisi di bawah ini:     

Aku Ingin Bersama Selamanya

Ketika tunas ini tumbuh
Serupa tubuh yang mengakar
Setiap nafas yang terhembus adalah kata
Angan, debur dan emosi
Bersatu dalam jubah terpautan
Tangan kita terikat
Lidah kita menyatu
Maka apa terucap adalah sabda pendita ratu
Ahh.. di luar itu pasir di luar itu debu
Hanya angin meniup saja
Lalu terbang hilang tak ada
Tapi kita tetap menari
Menari cuma kita yang tahu
Jiwa ini tandu maka duduk saja
Maka akan kita bawa
Semua
Karena..
Kita..
Adalah..
SATU

Puisi “Aku Ingin Bersama Selamanya” di atas mengambil tema tentang persahabatan. Di film Ada Apa dengan Cinta, puisi ini diciptakan tokoh Cinta karena terinspirasi persahabatannya dengan empat orang. Puisi “Aku Ingin Bersama Semalamya” ini dibacakan Cinta di hadapan mereka dengan iringan petikan gitar. Puisi ini menggambarkan betapa cinta sangat menyayangi sahabat-sahabatnya dan ingin selalu bersama dengan sahabat-sahabatnya di saat senang maupun susah.

Puisi kedua adalah puisi yang mungkin paling fenomenal di film ini. Judulnya Tentang Seseorang. Puisi yang ditulis Rangga ini memenangkan lomba puisi di majalah dinding sekolah.

Yuk kita simak.  

Tentang Seseorang

Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
Kulari ke pantai kemudian teriakku
Sepi… sepi dan sendiri aku benci

Ingin bingar aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat
Enyah saja engkau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri

Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang ditembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai

Ada dua cara untuk menikmati puisi ini. Bisa dengan membacanya perlahan dan kita akan disuguhi deretan kata-kata indah. Cara kedua adalah mendengarkan Dian Sastro membacakannya di kafe. Cara apa pun yang dipilih, kita bisa menikmatinya dengan maksimal. Tentu, bila kita suka puisi. Bila tak suka, cara apa pun takkan bisa membuat hati kita bergeming.

Terkait maknanya, semua orang bisa punya makna berbeda, yang tergantung dari banyak faktor. Menurut saya pribadi, puisi Tentang Seseorang ini juga bisa bermakna ganda, bercerita centang "seseorang" atau "orang lain" atau bercerita tentang "seseorang" tapi yang dimaksud adalah si "aku".

Mari kita bahas penafsiran untuk makna pertama. Jadi, si aku ini mengalami kesepian yang akut. Saking sepinya, dia sampai menyanyi di hutan atau berteriak di pantai. Si aku juga juga merasakan penat dan seakan hidup di alam yang pekat, yang ingin dia hindari. Si aku lalu punya ide untuk mencari perhatian, yaitu memecahkan gelas atau mengaduh hingga gaduh. Atau menggoyangkan lonceng hingga terdera. Namun, tokoh si aku dalam puisi ragu "Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai". Oleh karena itulah, si aku butuh seseorang.

Penafsiran kedua adalah "Seseorang" yang dimaksud ini adalah si aku.

Lumayan asyik juga, kan?

Puisi ketiga dan terakhir adalah puisi yang juga menjadi judul dari film ini. Yuk kita simak.

Ada Apa Dengan Cinta?

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan

Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru sekali ini aku melihat karya surga
dalam mata seorang hawa

Ada apa dengan cinta
Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya
Bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja

Puisi ini ditulis oleh Rangga dan diberikan oleh Cinta ketika Rangga akan pergi ke Amerika. Puisi ini bertemakan tentang cinta antara dua orang yang saling mencintai tetapi belum sempat terwujud indah. Dimulai dari gambaran pahit tentang seorang perempuan, yaitu seorang ibu. Di film ini, diceritakan bahwa ibu Rangga pergi karena "cinta" lalu meninggalkan Rangga bersama sang ayah. Mungkin karena alasan ini, karakter Rangga digambarkan sebagai orang yang dingin. Ketus. Sinis. Caranya berkomunikasi melalui puisi, yang juga tak banyak dipahami orang lain.

Namun, sosok dingin ini membuat Cinta penasaran lalu jatuh cinta. Si Rangga, yang juga sebenarnya suka, tak mudah tergoda. Sisi kelam dan trauma yang menggelayut di hatinya membuatnya tak mudah percaya kata cinta dan Cinta. 

Dia tetap melihat secercah harapan pada cinta dan sosok Cinta. Oleh karenanya, ia akan tetap kembali pada suatu purnama untuk mempertanyakan kembali cinta dan sosok Cinta.

Dan akhirnya si Rangga berangkat ke New York, meninggalkan Cinta di Indonesia.

Film ini akhirnya berlanjut beberapa tahun setelahnya, tepatnya 15 tahun berselang atau tahun 2017. Sebagaimana ciri khas film AADC sebelumnya, puisi masih kental menghiasi setiap film. Di film kelanjutannya, puisi-puisi Rangga tak lagi ditulis oleh Rako, tetapi oleh Aan Mansyur, yang bisa diklik di sini.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »