Puisi Love's Philosophy - Percy Bysshe Shelley - Terjemahan dan Analisisnya

Sebelumnya, saya pernah mengulas salah satu puisi terkenal, yang berjudul Ozymandias karya Percy Bysshe Shelley. Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas puisi oleh penulis yang sama, tetapi beda topiknya. Bila Ozymandias berkisah tentang sejarah, Love's Philosophy lebih bernuansa romantis. 

Yuk kita baca dulu puisi berjudul Love's Philosophy ini.

The fountains mingle with the river
And the rivers with the ocean,
The winds of Heaven mix forever
With a sweet emotion;
Nothing in the world is single,
All things by a law divine
In one spirit meet and mingle -
Why not I with thine?

See the mountains kiss high Heaven
And the waves clasp one another;
No sister-flower would be forgiven
If it disdained its brother;
And the sunlight clasps the earth,
And the moonbeams kiss the sea -
What are all these kissings worth
If thou kiss not me?

Berikut adalah terjemahannya:

Mata air bercengkerama dengan sungai
lalu sungai-sungai dengan samudera
Angin Surgawi berpadu abadi
dengan perasaan yang manis;
Tak ada satu pun di dunia ini tercipta sendiri
Semua hal diatur takdir Ilahi
Bertemu dan menyatu -
Mengapa denganmu aku tak mampu?

Lihatlah pegunungan mencium mesra Surga
dan ombak-ombak saling bergulung manja
Bunga betina takkan pernah dimaafkan
jika mencemooh si saudara jantannya
Dan sinar mentari memeluk bumi
Dan cahaya rembulan mencium lautan
Apa gunanya ciuman-ciuman itu
Jika kau tak menciumku?

Air Terjun Tumpak Sewu - Lumajang
Yuk kita bahas dulu struktur luar puisi Love's Philosophy ini. Puisi ini terdiri atas 2 bait/stanza yang masing-masing memiliki delapan baris. Sementara itu, rima yang digunakan adalah ABAB CDCD.

Untuk bahasa yang digunakan, ada dua majaz yang mencolok. Pertama, pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris bertujuan untuk meminta penjelasan atau kejelasan, bukan jawaban. Dalam puisi ini, si penulis mengajukan pertanyaan retoris di akhir masing-masing bait. Contohnya “Why not I with thine?” yang saya terjemahan menjadi "Mengapa denganmu aku tak mampu?"

Kedua adalah personifikasi. Personifikasi berarti memasangkan karakteristik khas manusia ke benda yang tidak bergerak atau bergerak. Contohnya “The fountains mingle with the river” atau "Mata air bercengkerama dengan sungai" serta  “Seee The Mountains kiss high heaven” atau  "Lihatlah pegunungan mencium mesra Surga". Mata air atau fountain dan pegunungan atau mountains diberi karakteristik seperti manusia, yaitu bercengkerama dan mencium.

Setelah kita membahas aspek teknis, mari kita bahas aspek maknanya sekarang. Apakah ada makna mendalam dari puisi yang berjudul Philosophy atau Filsafat ini?

Kata filsafat sendiri selalu mengaitkan pikiran kita dengan hal-hal yang rumit, yang hanya bisa dipahami oleh para kutu buku dan pemikir serius. Kata filsafat biasanya membuat dahi kita berkerut. Lalu bagaimana dengan puisi ini?

Ternyata puisi ini tidak mendalam, dalam artian tidak membahas hal-hal yang menyangkut ontologi, epistimologi, atau aksiologi. Puisi ini ternyata adalah gombalan dari seorang pecinta terhadap orang yang dicintainya. Dia memanfaatkan citraan alam untuk menyampaikan argumentasinya bahwa semuanya terdiri atas dua hal yang pada akhirnya menjadi tunggal. Mata air bercengkarama dengan sungai, mengapa dia tidak bisa.

Puisi ini bila disingkat menjadi satu kalimat dalam bahasa Indonesia masa kini mungkin:
Truk saja gandengan, kok kita tidak?

Karena Love's Philosophy tidak filsafat-filsafat banget bila dipahami sebagai gombalan-gombalan saja, ya kita terjemahkan saja menjadi Gombal Mukiyo.

Gimana setuju?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »