Hadirmu Hadiah Terbaik Bagiku

Setelah meneruskan tulisan tentang Biarkan Matahari Tembus Lubang Hatimu, Faiz menulis di WhatsApp:

Jamanku patah hati, Abidin mengajakku berkeliling naik angkot biru. Entah kemana. Aku tak ada semangat. Dia tetap memaksaku.

Saat kami kuliah, memang Abidin paling dewasa. Paling bisa membaca dan ngemong teman-temannya. Termasuk saat Faiz patah hati. Momen patah hati tak pernah mudah bagi siapa pun. Saat itu, kita cenderung terdorong untuk mengurung diri. Mengasihani diri sendiri. 

Dan Abidin bisa membaca itu semua, dan mengajak Faiz berkeliling. Itu memang takkan menyembuhkan hati yang kadung patah dan terserak. Tak bisa mengembalikan jiwa yang tersesat. Tak bisa membangun rasa percaya yang kadung ambruk. Namun, kita jadi punya panduan. Kita seakan melihat cahaya temaram, yang akan memandu kita kembali. Kita jadi tidak merasa sendiri. Serasa ada harapan yang muncul dan menyeruak. 

Bila dirangkum, itulah artinya teman. Memahami dirimu tanpa kau perlu banyak bercerita. Hadir dengan satu alasan. Bahwa dia itu teman kita. Dan mengulurkan tangan saat kau butuh bantuan. Meminjamkan telinga saat kau butuh orang yang bisa mendengarkan. 

Ingatan itu juga membawaku pada suatu momen pertunangan dulu. Tanpa kutahu sebelumnya, Abidin dan Faiz datang bersepeda motor dari Malang. Aku yang sedang sakit pun dipijat oleh Faiz lalu dibawa ke bidan desa oleh Abidin. Sejenak kemudian, Hadaruddin jauh-jauh dari Malang dan sampai ke rumah dengan memesan ojek dari Jabung. Kehadiran selalu berkesan. Kau boleh tidak membawa apa-apa. Selama engkau hadir dengan segenap tulus jiwa, engkau sudah menjadi hadiah terbaik. 

Bahwa betul sakit tidak akan sembuh dengan kita hadir. Bahwa hati yang patah takkan lantas kembali utuh. Namun, kehadiran akan menjadi nyala. Kehadiran akan selalu menjadi hadiah terindah bagi para penerimanya.

Photo by Kira auf der Heide on Unsplash

Namun, kita tidak bisa mengendalikan atau menentukan atau meminta agar teman-teman kita hadir pada momen-momen tergelap kita. Pada saat kita sebatang kara. Mereka punya kehidupan mereka sendiri. Punya ritmenya sendiri. Punya jalur yang harus mereka tempuh sendiri. Kadang seberapa pun mereka ingin hadir, situasi dan waktu menjadi penghalang.

Di dalam kendali kita adalah bagaimana kita menjadi sahabat bagi diri sendiri. Menjadi teman dan sahabat terbaik bagi orang-orang sekitar. Hadir dalam momen bahagia. Hadir dalam momen duka. Dan menjadikan kehadiran kita hadiah, yang orang lain syukuri...     

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »