Lama tidak menulis membuat tanganku agak kelu semua. Serasa sudah lama sekali dan dunia tulis menulis kini menjadi sangat asing. Inspirasi terasa terus menjauh. Kini, aku kebanyakan mengutarakan kembali perkataan orang dengan kata-kataku sendiri. Memang terkesan tidak kreatif. Tapi itulah aku kini penyuara pikiran orang. Atau bahasa Indonesia sederhananya 'penerjemah.’
Itulah alasannya aku menjauh dari dunia tulis menulis selama kira-kira satu tahun ini. Sangat lama untuk ukuran orang yang saat masih jatuh cinta dulu bisa menulis sepuluh lembar surat hanya untuk menanyakan kabar kekasihnya (?).
Mungkin, karena alasan yang sama sekarang aku harus kembali menulis.Apa aku sedang jatuh cinta lagi? Iya. Aku jatuh cinta lagi, tepatnya kepada seorang yang baru muncul tapi bisa menghancurluluhlantakberantakan hatiku saat dia sakit. Ia adalah anakku. Namanya Kafka Abdurrahman Haryadi (Maaf kalo terlalu panjang ya nak.
Senyumnya bisa menguapkan kelelahan yang terasa sehabis pulang kerja. Tawanya bisa mengawang, membuatku terbang dalam berjuta keindahan dan kenikmatan menjadi ayah. Dan aku hanya bisa bahagia melihat setiap titik perkembangannya. Untuk itulah aku kembali kini. Untuk menulis sesuatu untuk anakku.
Tapi ini bukan berarti cintaku untuk istri berkurang. Cintaku kepadanya masih seperti dulu. Masih segar harum mewangi meski ia baru habis masak, belepotan bau kompor dan terasi. Meski kadang, energi orang yang sudah menikah lebih banyak disalurkan untuk mencari sesuap nasi untuk menyambung hari esok dari pada menulis surat cinta, aku tetap mencintainya semesra angin malam yang menghabiskan waktunya untuk menggoda rembulan.