Arti Lirik Lagu Tears in Heaven by Eric Clapton, serta Ceritanya

Salah satu lagu tentang ayah dan anak adalah father and son yang dinyanyikan oleh Cat Stevens alias Yusuf Islam.

Ada satu lagi lagu ayah dan anak yang cukup legendaris dan klasik. Ya, lagu itu adalah Tears in Heaven yang dinyanyikan sekaligus diciptakan oleh Eric Clapton bersama Will Jennings.

Sebelum kita bahas sejarahnya, baiknya kita lihat lirik dan terjemahannya di bawah ini. 

Would you know my name
Akankah kau kenali namaku
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
Would you feel the same
Akankah perasaanmu sama
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
I must be strong and carry on
Aku harus tegar dan bertahan
’cause I know I don’t belong here in heaven...
Karena kutahu surga bukan tempatku...
 
Would you hold my hand
Akankah kau genggam tanganku
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
Would you help me stand
Akankah kau bantu aku berdiri
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
I’ll find my way through night and day
Kan kutemukan jalan tuk lewati siang dan malam
’cause I know I just can’t stay here in heaven...
Karna kutahu aku tak bisa tinggal di sini, di surga...
 
Time can bring you down, time can bend your knees
Waktu bisa meruntuhkanmu, waktu membuatmu bertekuk lutut
Time can break your heart, have you begging please...begging please
Waktu bisa patahkan hatimu, memaksamu memohon-mohon
 
Beyond the door there’s peace I’m sure
Di luar pintu kuyakin ada kedamaian
And I know there’ll be no more tears in heaven...
Dan kutahu takkan ada lagi air mata di surga...
 
Would you know my name
Akankah kau kenali namaku
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
Would you feel the same
Akankah perasaanmu sama?
If I saw you in heaven?
Jika kujumpai kau di surga?
I must be strong and carry on
Aku harus tegar dan bertahan
’cause I know I don’t belong here in heaven...
Karena kutahu surga bukan tempatku...

Sebagaimana dilansir wikipedia, lagu ini diciptakan oleh Eric menyusul dua kejadian tragis, yaitu meninggalnya sang manajer Stevie Ray Vaughan setelah kecelakaan helikopter dan meninggalnya sang buah hati, Conor Clapton yang jatuh dari jendela apartemen lantai 53 di New York.

Dua kondisi tadi membuat Eric menyepi dan merenung. Setelah selesai dalam periode berkabung, beliau menulis lagu untuk soundtrack film Rush (1991). Lalu ditulislah lagu ini bersama Will Jennings tadi itu. Lagu ini sukses di Amerika dan Kanada, Eropa, serta Asia dan Amerika Selatan.

Menurut Eric dalam penjelasan di Wikipedia, lagu ini menjadi salah satu alat baginya untuk menyembuhkan diri. So, menulis lagu dan menyanyikannya menjadi suatu terapi yang berguna untuk menghilangkan trauma yang bersemayam di dalam dada. Meskipun sangat personal, lagu ini berhasil menyentuh hati banyak orang sehingga sukses mencatatkan berbagai pencapaian.

Lagu ini sebenarnya bersifat imajinatif dan reflektif tentang seorang ayah yang mengunjungi anaknya di surga. Sang ayah lalu bertanya apakah kau akan tetap mengenalku? Apakah perasaanmu sama?
Eric Clapton - Courtesy: Youtube

Sang ayah lalu menyatakan bahwa bagaimana pun dia harus tetap tegar dan move on. Beranjak dari kesedihan sebab dia tahu sang anak sudah bahagia di surga. Memang waktu bisa membuat seseorang kecewa, bertekuk lutut, atau patah hati. Tapi dia tahu bahwa di balik itu semua akan ada kedamaian. Akan ada kerelaan.

Lagu ini mengingatku pada sebuah puisi atau kidung tentang kematian yang diciptakan oleh Imam Syafiie. Saduran puisinya di bawah ini:

saat aku mati 
saat kerandaku
dipapah keluar
kau jangan pernah berpikir 
aku merindukan dunia

jangan menangis
jangan ratapi atau
menyesali
aku tidak sedang jatuh
ke dalam jurang curam

saat kau lihat
jenazahku ditandu
jangan tangisi kepergianku
aku tidak pergi
tapi justru tiba di keabadian cinta

saat kau tinggalkan aku sendiri
di pusara
jangan ucapkan selamat tinggal
ingatlah bahwa makam
hanya seutas tirai
di baliknya tersibak surga

kau hanya akan melihat
aku diturunkan ke liang lahat
lihatlah sekarang aku bangkit
bagaimana bisa ada akhir
saat matahari terbenam atau
bulan menuju peraduan

sepertinya dunia tamat
seakan-akan matahari lenyap
tetapi itu hanya awal dari fajar 
saat kuburan menghimpit 
saat itulah jiwamu terbebaskan

pernahkah kau lihat 
benih jatuh ke tanah
lalu tidak membawa kehidupan baru
mengapa kau ragu
pada sebulir benih bernama manusia itu

pernahkah kau lihat 
timba diturunkan ke sumur 
terkerek dalam kondisi kosong?
lalu mengapa kau ratapi jiwa
saat dia bisa kembali
seperti Yusuf keluar dari sumur?

Saat terakhir kali
kau menutup mulutmu
kata dan jiwa
akan menjadi milik dunia 
tanpa dimensi ruang dan waktu    

Lagu Eric Clapton sejalan dengan puisi ini. Bahwa kita semestinya tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan dan menangisi kematian begitu dalam. Sebab, orang yang meninggal sejatinya lebih bahagia di surga sana. Senyumnya lebih merekah. Tangis tak lagi ada.

Lagu ini seperti halnya kidung kematian di atas mengajarkan bahwa kadang kita tidak boleh terlalu sedih karena bisa jadi orang yang kita tangisi sedang tertawa senang dan bahagia di alam sana. Bayangkan, kita sedih atas kebahagiaan orang, sedikit tragis juga, bukan?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 comments:

comments
13 January 2023 at 14:07 delete

saya sudah tahu tapi tetap suka membaca pembahasannya.

Reply
avatar