Namanya terdengar sayup-sayup di antara
jubelan penulis baru yang terus
bermunculan. M Aan Mansyur nama lengkapnya. Entahlah siapa nama panggilannya.
Namanya kian berkibar
saat diajak Riri Riza untuk menuliskan puisi dalam film AADC?2. Awalnya kukira
apa bisa penulis muda ini menyaingi nama tenar Chairil Anwar, atau semodern
puisi Sumanjaya yang digunakan di film pertama AADC.
Ternyata, puisi-puisinya
memang bagus. Bagus banget. Cocok dengan karakter Rangga yang cool itu. Berikut
adalah beberapa puisinya yang digunakan di film yang membuat baper jutaan orang
Indonesia itu.
1. Tidak Ada New York Hari Ini
Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa Ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan Cinta, Kau tak ingin aku
mematikan mata lampu
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening, kau yang dingin dikenang
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa Ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan Cinta, Kau tak ingin aku
mematikan mata lampu
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening, kau yang dingin dikenang
---*Puisi dibacakan di awal film. Rangga saat itu masih di apartemennya di New
York. Dengan pembawaan yang cool,
suara berkharisma, dan puisi yang keren, puisi ini menjadi pembuka yang manis
untuk film AADC?2 ini.
2. Ketika Ada Yang Bertanya Tentang Cinta
Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta
kau melihat langit membentang lapang
menyerahkan diri untuk dinikmati, tapi menolak untuk
dimiliki
Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta,
aku melihat nasib manusia
terkutuk hidup di bumi
bersama jangkauan lengan mereka yang pendek
dan kemauan mereka yang panjang
Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta,
kau bayangkan aku seekor burung kecil yang murung
bersusah payah terbang mencari tempat sembunyi
dari mata peluru para pemburu
Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta
aku bayangkan kau satu-satunya pohon yang tersisa
kau kesepian dan mematahkan cabang-cabang sendiri
Ketika ada yang bertanya tentang cinta,
apakah sungguh yang dibutuhkan adalah kemewahan kata-kata
atau cukup ketidaksempurnaan kita?
3. Batas
Semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan
kota,
bilik penjara, dan kantor wali kota,
juga rumahku, dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi
dipisahkan kata
Begitu pula rindu
Antar pulau dan seorang petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan
undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu
Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali
lagi
---*Puisi ini diberikan Rangga bagi Cinta sebagai upaya permintaan maaf.
Saat itu, pertanyaan Rangga yang terdengar sinis ketika mereka akan berpisah
memicu kemaharan. Puisi ini lantas digunakan Rangga sebagai ucapan permintaan
maaf, dan diberikan Rangga di Klinik Kopi, salah satu kedai kopi di
Jogja.
4. Akhirnya kau hilang
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di mana-mana
Di udara dingin yang menyusup di bawah pintu
Atau di baris-baris puisi lama yang diterjemahkan dari
bahasa
Di sepasang mata gelandangan yang menyerupai jendela
berbulan-bulan tidak dibersihkan
Atau di balon warna-warni yang melepaskan diri dari
tangan seorang bocah
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di jalan-jalan
Atau bangku-bangku taman yang kosong
Aku menemukanmu di salju yang menutupi kota
Seperti perpustakaan sastra
Aku menemukanmu di gerai-gerai kopi, udara, dan aroma
makanan yang keluar atau terlalu matang
Aku menemukanmu berbaring di kamarku yang kosong
Saat aku pulang dengan kamera di kepala
berisi orang-orang pulung yang tidak ku kenal
Kau sedang menyimak lagu yang selalu kau putar
Buku cerita yang belum kelar kau baca
Bertumpuk bagai kayu lapuk di dadaku
Tidak sopan kataku mengerjakan hal-hal tapi tetap
kesedihan
Akhirnya kau hilang, kau meninggalkan aku
Dan kenangan ini satu-satunya akar getah yang tersisa
5. Frase
"Kadang-kadang
kau pikir, lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang.
Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang
kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan."
---*Inilah puisi yang menjadi penutup film.
Mengingatkanku pada lirik lagu Marcell, semua yang terlambat, serta puisi yang ditulis
indah oleh A.E Housman, yang berjudul When
I was one and twenty.
Untuk puisi di film Ada Apa dengan Cinta? pertama, baca Puisi Ada Apa dengan Cinta 1? Karya Rako Prijanto - Cerita dan Analisisnya
2 comments
commentsPaling suka yg BATAS.
ReplyNgga pernah gagal
Reply