Berikut terjemahan
menawan yang digubah oleh Hendra Gunawan, yang lengkapnya bisa diklik di
sini.
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING
|
BERHENTI DI TEPI HUTAN KALA SENJA BERSALJU
|
Whose woods these are I think I know.
His house is in the village though; He will not see me stopping here To watch his woods fill up with snow. |
Siapa pemilik hutan ini sepertinya kutahu.
Ia berumah jauh di desa sebelah sana itu; Tak akan terlihat olehnya aku singgah sebentar Memandangi hutannya penuh ditutupi salju. |
My little horse must think it queer
To stop without a farmhouse near Between the woods and frozen lake The darkest evening of the year. |
Kuda kecilku pasti terheran-heran
Mengapa berhenti jauh dari perkampungan Di antara hutan terpencil dan danau beku Adalah senja terkelam di sepanjang tahun. |
He gives his harness bells a shake
To ask if there is some mistake. The only other sound's the sweep Of easy wind and downy flake. |
Kudaku kelonengkan bel mungilnya
Mungkin bertanya ia adakah yang tak biasa. Suara lain terdengar hanyalah sayup sapuan Dari angin lembut dan guguran salju di udara. |
The woods are lovely, dark and deep.
But I have promises to keep, And miles to go before I sleep, And miles to go before I sleep. |
Hutan ini alangkah menawan, dalam, dan gelap.
Sayang aku ada janji yang tak boleh tersilap, Dan bermil lagi perjalanan sebelum lelap, Dan bermil lagi perjalanan sebelum lelap. |
Puisi ini menggunakan rima AABA, kecuali untuk bait atau stanza terakhir. Stanza terakhirnya menggunakan AAAA. Tak paham saya mengapa bait terakhir itu tidak seperti tiga bait sebelumnya. Mungkin dia kesulitan mencari kata dengan huruf akhir yang serupa. Atau, mungkin bisa saja dia, Pak Robert Frost ini, keluar dari pakem puisinya sendiri, semacam mencari jalan lain. Ya, betul, seperti puisinya yang sangat terkenal itu, the road not taken. Baca di sini kalo belum sempat baca.
Seperti laiknya zaman
itu, nuansa alam masih setia menghiasi puisi-puisinya. Mirip puisinya tentang A
Minor Bird. Mungkin pada zaman itu, alam masih sangat hijau. Masih
sangat rimbun. Masih penuh misteri. Saat memasuki hutan, yang terlihat masih
sebentang misteri yang belum terpecah. Belum sempat diketahui.
Puisi ini bercerita
tentang perjalanan lagi. Mirip seperti the road not taken, yang sudah saya
singgung di atas. Bedanya: kalau di puisi the road not taken, si aku sedang
menempuh perjalanan sementara di puisi ini si aku “berhenti di tepi hutan kala
senja bersalju”.
Seperti biasanya, dia terpukau
melihat alam sekitar. Mengamati kudanya yang keheranan. Lalu bertanya dengan
membunyikan lonceng yang dikenakan. Hutan itu begitu memukau. Dalam, gelap,
tetapi memukau. Sayang seribu sayang, dia tak boleh beristirahat terlalu lama.
Sebab, ada janji yang harus ditunaikannya.
Puisi ini seakan mengajak
saya, pembacanya, untuk tetap fokus pada tujuan perjalanan, yaitu janji yang
harus ditunaikan. Kadang, entah diakui atau tidak, kita terpikat sesuatu atau
seseorang selama perjalanan. Akhirnya, kita berpaling. Tidak lagi bergerak dengan
penuh tekad menuju tujuan yang sudah ditetapkan. Pada janji yang sudah kadung disampaikan.
Ah, kadang setia
pada tujuan memang tak pernah semudah saat diucapkan.
3 comments
commentssir can u help me to understand to earthward poem by Robert frost??
ReplyTHANKS...
I just analyize it here: http://antonharyadi.blogspot.co.id/2017/08/puisi-to-earthward-oleh-robert-frost.html
ReplyWah, keren terjemahannya! Ber-rima pula. Mantap!
Reply