Dari perspektif orang yang disakiti: Meminta maaf itu lebih gampang daripada memaafkan. Meminta maaf hanya urusan menyusun kata lalu menyampaikannya. Setelah itu, bola ada di tangan orang yang kita mintai permaafan. Terserah dia mau memaafkan atau tidak. Yang penting, urusan meminta maaf dengan tulus sudah tuntas. Urusan selanjutnya adalah urusan dia dan urusan Tuhan. Bila orang yang kita mintai maaf ternyata tidak memaafkan, itu urusan dia. Bukan urusan kita. Titik.
Tak ada beban
emosional. Meminta maaf itu sederhana dan ringkas. Jadi, tugas ini memang lebih mudah.
Kadang, kita pernah disakiti sedemikian parah. Kita merasakan malam-malam yang panjang. Hati kita terusik. Pikiran kita tersita. Perhatian kita tercerai berai. Dan kita menata hati perlahan. Sekeping demi sekeping agar hati kita kembali utuh. Agar kita lebih kuat menjalani hari ini daripada hari saat kita disakiti.
Sementara di sisi lain, orang yang berbuat salah dan jahat kepada kita senyum-senyum saja seakan tidak ada masalah. Tidak ada sedikit pun rasa bersalah. Setelah kita berjuang berat, tiba-tiba orang yang menyakiti kita berucap.
“Maaf ya sudah pernah menyakiti”
So, meminta maaf itu lebih mudah. Namun, ini dari
perspektif orang yang tersakiti lalu berjuang lama sekali
untuk bisa memaafkan. Meminta maaf lebih mudah. Memaafkan lebih sulit.
Perspektif orang yang bersalah dan meminta maaf sedikit berbeda: meminta maaf juga tak kalah sulit. Butuh upaya dan pengorbanan luar biasa, terutama bila kita tidak sadar kesalahan kita apa. Murni karena kita tidak tahu atau tidak diberi tahu. Kita pun melenggang kangkung seakan tak pernah terjadi apa-apa. Masalahnya, kita memang tidak tahu.
Sampai pada satu
titik dan satu momen saat orang yang kita sakiti tidak lagi mau dan berkenan menyapa kita. Memperlakukan kita secara berbeda. Lalu kita menghitung-hitung kesalahan diri. Merenung dan merefleksikan
apakah ada sesuatu yang salah. Kadang memang kita MENYADARI kesalahan saat itu,
lalu meminta maaf. Ada kalanya, kita TIDAK tahu kesalahan kita apa, tetapi kita tetap
mau meminta maaf.
Kita telan ego dalam-dalam. Kita akui kesalahan dan kekhilafan. Kita turunkan
harga diri sedemikian rupa sampai kita benar-benar meminta maaf dari dalam lubuk
hati.
Saat meminta maaf, perlu disadari bahwa orang butuh proses dan waktu
untuk memaafkan kita. Tidak gampang. Ada proses menyakitkan yang harus dijalani. Ada
malam-malam insomnia yang harus dihadapi. Ada rasa percaya yang terkoyak dan
mungkin takkan pernah sekuat dulu lagi.
Saat ada yang orang yang merasa bersalah dan meminta maaf kepada kita,
perlu disadari pula bahwa ia juga manusia, yang perlu mengumpulkan keberanian
dan menekan ego dalam-dalam sebelum meminta maaf. Ia mungkin juga sudah
berjuang sekeras-kerasnya.
Sekuat-kuatnya untuk meminta maaf kepada kita.
Memaafkan itu
sulit, demikian juga meminta maaf. Dan
ini hanya giliran saja. Bisa jadi, hari ini kita yang
tersakiti. Besoknya, giliran kita yang menyakiti. Bisa jadi besok kita yang meminta maaf, lusanya kita yang perlu
memaafkan.