Menolong Ikan Tenggelam

 
“Sudah aku bantu carikan pekerjaan” kata Asyraf kepadaku dua minggu lalu. “Eh, dia hanya bisa kerasan di pekerjaan itu seminggu saja. Lelah sekali lah sepulang kerja. Jadi, ya hanya seminggu itu dia bekerja.”

“Terus?”

“Ya kalau cerita ke orang lain, sudah merasa si paling korban dia. Percuma punya kakak sukses kalau tidak bisa mengangkat derajat adiknya, begitu cerita yang ia obral kepada para tetangga.”

“Adik bungsumu itu?”

“Iya, panas mendengar omongan tetangga, Bapak-Ibu memaksaku nyarikan pekerjaan untuk adikku itu. Pas dicarikan, eh malah kayak gini. Bukannya bersyukur. Banyak alasannya. Gak cocok dengan lingkungannya lah. Kurang sesuai passion lah.”

“Memang repot kalo mentalitasnya kayak gitu”

“Iya, serbasalah” pungkas Asyraf. "Dibantu salah. Tidak dibantu salah. Bingung mau seperti apa kalau ia sendiri tidak mau berubah."

 Ikan Tenggelam

Cerita semacam ini hampir setiap hari kita dengar. Teman yang terus menerus curhat tentang masalahnya yang tak kunjung usai. Tetangga yang selalu datang membawa permasalahan utang dan uang. Keluarga yang hadir dengan berkeluh kesah tentang masalah dan urusan yang hampir tanpa usai.

Giliran kita mencoba memberikan solusi, eh tidak ditanggapi. Seringnya, solusi yang kita sampaikan hanya lewat dari telinga kiri ke telinga kanan. Cepat sekali. Seperti tanpa saringan. Solusi yang coba kita rangkai dengan berbagai pertimbangan itu akhirnya hilang. Menguap. Kadang, kita yang mencoba memberikan solusi malah dimarahi. Mereka tersinggung. Kita dianggap tidak punya empati.

Keesokan harinya, dia datang lagi: cerita berbeda dengan inti masalah yang sama. Bila kemarin dia datang dengan masalah hutang sembako, besok datang dengan masalah SPP anak yang belum terbayar. Ketika diajak bekerja, malasnya bukan main.

Dikasih solusi. Menguap lagi. Keesokan harinya, datang lagi. Begitu terus sampai latto-latto masuk olahraga Olimpiade.

Fenomena ini mengingatkanku pada video seekor kucing yang mencoba membantu ikan yang tenggelam. Seekor kucing yang iba menolong seekor ikan yang tampak kepayahan. Ia gunakan cakarnya untuk menolong ikan yang terkulai lelah di kolam yang terbuat dari semen dan dicat cokelat. Dikiranya, ikan itu tenggelam.

Setelah dikeluarkan dari kolam, si ikan malah marah. Mungkin terlihat kepayahan, tapi ikan itu menikmati berada di kolam.

Menolong Ikan Tenggelam

Cara Menolong Ikan Tenggelam

Lantas, bagaimana cara menolong ikan yang “tenggelam”?

Rasanya, kita “tidak bisa” menolong ikan yang tenggelam. Sebab, sejatinya ikan tidak pernah tenggelam saat di dalam air. Itu memang tempat tinggalnya. Dia nyaman di situ.

Bila masih “tenggelam” di dalam kolam keluhan dan nestapa, kita tidak akan bisa membantunya. Yang bisa kita lakukan, ya membantunya sadar bahwa ia salah “tempat.” Selama masih nyaman di “kolam”, selama itu pula kita akan selalu salah bila membantunya keluar.

Lantas, bagaimana solusinya?

Ya kita bantu agar ia sadar. Kalau tidak sadar-sadar, ya hanya bisa...