“Repetition is the first principle of all
learning” kata R.F. Bruner dalam salah satu artikel di jurnal terkenal
Psychology, yang terbit pada tahun 2000. Terjemahannya: pengulangan adalah
prinsip pertama dari semua proses pembelajaran.
Dari kutipan ini tersirat bahwa pembelajaran
memiliki banyak prinsip, dan setiap pembelajaran punya prinsipnya
masing-masing. Dari semua proses pembelajaran yang dilakukan siapa pun, kunci
dan prinsip utamanya adalah pengulangan. Ya, pengulangan.
Entah mengapa konsep ini membawa saya pada
masa-masa kuliah S2. Saat kuliah S2, kami terus-menerus dijejali dua prinsip utama pembelajaran dan pengajaran, yaitu “student-centered” dan “jangan spoon feeding.”
Setiap kali kami praktik mengajar dan
meleset dari dua prinsip dasar ini, dosen kami Pak Masduki selalu menegur.
Ingat “jangan spoon feeding ya.” Saat salah satu teman
terlalu banyak bicara pada saat praktik micro-teaching, diingatkan oleh beliau
lagi dan lagi “student-centered ya, jangan spoon feeding.” Jadi, bila saya
ditanya sekarang apa yang saya dapat dari kuliah S2 di UMM, ya “student
centered dan jangan spoon feeding.” Kalimat ini terngiang-ngiang meskipun
hampir dua tahun lalu saya lulus dari S2 UMM.
Unik juga. Sebab, pengulangan pernah
dicela habis-habisan karena dianggap bagian dari teori behaviorisme. Ringkasnya,
teori behaviorisme ini dikritik karena seakan memposisikan manusia sebagai
objek mekanistik, yang diminta mengulang-ulang hal-hal yang kadang tidak
diketahuinya. Akhirnya, manusia hanya sampai pada kemampuan berpikir tingkat
rendah. Contohnya? Ya, hafalan.
Ternyata, beberapa waktu kemudian, para
peneliti dan tokoh pendidikan kembali beralih ke prinsip ini. Mirip dengan yang
disampaikan RF Bruner di atas. Namun, pengulangan seperti apa sebenarnya yang efektif
untuk pembelajaran modern saat ini?
Semua pakar berbeda istilah, teknik, dan
pendekatan tentang pengulangan dan pembelajaran. Sebagaimana disebutkan di
Wikipedia, beberapa menyebutnya spaced repetition, spaced rehearsal, expanding
rehearsal, graduated intervals, repetition spacing, repetition scheduling,
spaced retrieval, dan expanded retrieval.
Meskipun berbeda-beda nama, ada dua unsur penting dalam konsep ini,
yaitu pengulangan dan jeda. Pengulangan itu penting, tetapi harus ada
jeda atau jarak antara satu pengulangan dan pengulangan lain. Agar tidak bosan?
Bukan. Namun, agar otak punya waktu untuk mencerna dan memasukkannya ke dalam memori
jangka panjang.
Beberapa orang bahkan menciptakan
perangkat lunak atau sistem pembelajaran tertentu agar orang lebih mudah
menjadwalkan jarak antara satu pengulangan dan pengulangan lain.
Dalam pembelajaran, pengulangan, jarak,
dan jeda itu sangat penting agar pelajaran yang kita petik bisa bertahan lama
di otak.
Otak pun butuh jeda, apalagi hubungan
asmara, #eh