Bersama

Bersama

Bisakah aku memandumu?
Aku sendiri tersesat.

Bisakah aku menyinarimu?
Sebagian besarku gelap yang pekat.

Bisakah aku membahagiakanmu?
Hidupku penuh sedih yang merintih.

Bisakah aku menemanimu?
Aku kecanduan sendiri dan sepi.

Lalu kau bilang
- Aku bisa mencari jalan, temukan sinar, meracik bahagia, sendiri. Tak perlu kau selalu di depanku. Inginku hanya: engkau luangkan waktu dan menjalaninya bersamaku. Itu saja
Dendam yang Bersemayam

Dendam yang Bersemayam

Dendam yang Bersemayam

Kau datang sebagai anak kecil yang kumal
berbau apek karena pakaianmu sudah tiga hari tak dicuci
padahal engkau berpeluh-peluh dan derasnya basahi sekujur tubuh
kau berwajah melas, sesekali murka, dan menatap tajam pada semua orang.

Kau palingkan muka
pada seorang anak yang dibelai manja
pada seorang anak yang mampu membeli es agar tak lagi dahaga
pada seorang anak yang dibesarkan dengan kasih murni dan lembutnya kata.

Kau tahan tangis
pada cerca dan hina yang menghujam dada
pada harap yang tak juga terlaksana
pada pundak yang tak dapat menyangga.

Anak kecil itu engkau, Dendam;
yang lama bersemayam dan terus membesar.
Engkau yang dulu. Sudah lama sekali
dan tak perlu lagi kau perpanjang.

Damailah engkau hari ini dalam hangat pelukku,
Kan kudekap bekas lukamu, yang dalam;
Kutenangkan guncang jiwamu, yang berontak;
Kuterima engkau dengan segala marahmu, murkamu, sesalmu.

Kepada Dendam yang bersemayam,
lenyaplah engkau dalam sebaik-baik penerimaan

malang 9 Mei 2020
Terima kasih sudah mencintaiku sedari pagi

Terima kasih sudah mencintaiku sedari pagi

Terima kasih sudah mencintaiku sedari pagi

Dari tetesan air wudlu yang jatuh menggenang
Dari untaian doa yang dengan tulus kau panjatkan
Agar cerah hariku, sukses perjalananmu
Agar bahagia masa depan anak-anak kita

Ke masjid lalu kita berangkat bersama;
Kau buru-buru pulang untuk siapkan sarapan
Sepiring nasi dengan bumbu pecel yang selalu kunantikan
Lalu kucium keningmu sebelum sepeda motor kunyalakan.

Terima kasih sudah mencintaiku pada sore hari
Kau sambut kedatanganku dengan senyum secerah mentari
Kau dengarkan keluh-kesahku, kau redam penatku
Kau usap kesedihanku, lalu kau ganti dengan hangat sikapmu

Terima kasih sudah mencintaiku pada malam hari
Kau hamparkan selimut dan seprai agar lelap tidurku
Lalu kau lantunkan ayat-ayat suci
Agar malam gelap tak membuatku terhisap

Tapi aku terbangun malam ini...
Melihatmu tidur yang lelap, tenang, dan tak banyak bergerak
Kecemasan mulai jalari kesadaran
Aku takut malam terlalu gelap, awan terlalu tebal
Lalu kau lupa cara menyambut pagi
Padahal aku ingin bilang sekali lagi
Terima kasih sudah mencintaiku sedari pagi

malang, 11 maret 2020