sendu, dan kamu yang satu

sendu, dan kamu yang satu

hidupku rangkaian sepi dan sendiri
di tengah hantaman kecewa
di antara tumpukan nestapa
disesaki muram dan durja

lalu kau tiba-tiba bercerita
dengan senyum yang tak pernah ditahan
dengan tawa yang berderai
dengan tangguh yang kau tampak-tampakkan

apakah kisahmu bersayap
yang membuat kesedihanku lenyap
yang membuat sepi hariku meriah
yang membuat sedih jiwaku musnah?

apakah tawamu obat
yang membuat badan dan jiwaku kuat
berjuang berat pun terasa ringan
menapaki hari keras pun terasa lunak?

apakah kau itu jawaban
atas doa yang tak pernah keluar mulut
atas jaring harap yang tak lelah kurajut
atas permintaan yang rasanya muluk-muluk?

terima kasih telah bertahun-tahun menemaniku
tertawa atas leluconku yang tak lucu
mendengar ceritaku yang hanya itu-itu
mendampingi hidupku yang ya hanya begitu.

rasanya hidupku itu ya hanya berkisar tentangmu



kau, dan kenangan yang kau tinggalkan

bukannya tak ikhlaskan kepergian

bukannya tak relakan kehilangan

bukannya tak terima ketetapan takdir

bukannya tak mampu lanjutkan langkah.


terlalu mendadak kau pergi

terlalu samar untuk bisa dimengerti

terlalu berat untuk ditanggung hati

terlalu aneh untuk benar-benar terjadi.


masih segar ingatanku saat kita bersitatap

di antara dua kaki kau menyelinap

kau ikut hadir saat kami berkumpul dan bercerita

atau berebut potongan ayam di meja makan.


masih segar aroma tubuhmu yang menguar

antara pesing, dan sampo, bau tanah,

yang makin lama makin kurindukan

ingin kuendus sekali lagi.


masih menempel bulu-bulumu di karpet hijau

saat engkau bergelut antara lucu, nakal, atau marah,

yang entah mengapa tak kunjung bisa kuhapus dari ingatan

ingin kuajak main sekali lagi.



mungkin, kini engkau menunggu di gerbang surga

saat kami datang, kau kan berteriak kegirangan

dan kita masuk bersama, bermain di sana.


misho, hadirmu memang tak lama

kenanganmu akan bertahan selamanya.

ya, selamanya






MISHO, you'll be forever missed

saat kau maju perlahan 

kau enyahkan ketakutan dan kecemasan

kau tekan keinginan untuk lari tunggang langgang

lalu kau izinkan jari tanganku menyentuh wajahmu.


saat itu, misho, beragam kemungkinan terbuka

ada jiwa yang menyala

ada ikatan yang terbentuk seketika

ada hubungan yang tak bisa dijelaskan kata.


hati kerasku menguap perlahan

menjadi serpihan-serpihan kecil

terbang tersapu angin seperti bunga dandelion kering

yang hinggap lalu menciptakan kehidupan baru.


kau hiasi hari dengan canda dan tawa

kadang gigitan menggoda

kadang tatapan memelas yang penuh harap

kadang teriakan yang entah maksudmu apa.


kemudian kau pergi seketika pada suatu sore yang basah

meninggalkan semua kenangan di sudut-sudut rumah

di atas meja saat kau tertidur lelah

di atas karpet saat kau mengajak bermain bersama.


mengapa kau tak menungguku dulu?

mengizinkan jari tanganku menyusup di sela-sela kulitmu?

mengusap air matamu yang mengalir deras saat kutinggal kemarin sore?

membelai lembut kepalamu hingga tertidur pulas seperti Senin lalu?


Tuhan lebih menyayangimu, sepertinya

menyiapkan untukmu tempat bermain.


terima kasih atas setiap pagi saat engkau menyapa,

atas setiap cinta yang kau beri tanpa sedikit pun berharap.

MISHO, you know, you'll be forever missed