saat kau maju perlahan
kau enyahkan ketakutan dan kecemasan
kau tekan keinginan untuk lari tunggang langgang
lalu kau izinkan jari tanganku menyentuh wajahmu.
saat itu, misho, beragam kemungkinan terbuka
ada jiwa yang menyala
ada ikatan yang terbentuk seketika
ada hubungan yang tak bisa dijelaskan kata.
hati kerasku menguap perlahan
menjadi serpihan-serpihan kecil
terbang tersapu angin seperti bunga dandelion kering
yang hinggap lalu menciptakan kehidupan baru.
kau hiasi hari dengan canda dan tawa
kadang gigitan menggoda
kadang tatapan memelas yang penuh harap
kadang teriakan yang entah maksudmu apa.
kemudian kau pergi seketika pada suatu sore yang basah
meninggalkan semua kenangan di sudut-sudut rumah
di atas meja saat kau tertidur lelah
di atas karpet saat kau mengajak bermain bersama.
mengapa kau tak menungguku dulu?
mengizinkan jari tanganku menyusup di sela-sela kulitmu?
mengusap air matamu yang mengalir deras saat kutinggal kemarin sore?
membelai lembut kepalamu hingga tertidur pulas seperti Senin lalu?
Tuhan lebih menyayangimu, sepertinya
menyiapkan untukmu tempat bermain.
terima kasih atas setiap pagi saat engkau menyapa,
atas setiap cinta yang kau beri tanpa sedikit pun berharap.
MISHO, you know, you'll be forever missed
1 comments:
commentsTurut berduka sedalam-dalamnya 🥀🍂
Reply