puisi - meninggalkan, tinggal, lalu ditinggalkan

*****
Dulu, rumahmu kau tinggalkan
segala kenangan masa kecil kau simpan
semua keraguan kau tampik dan kau abaikan
pada angin segenap kerinduanmu kau titipkan.

Kemudian, bersama kami engkau tinggal
Merajut kenangan demi kenangan
Memicu tawa yang berderai-derai
Menjadi sahabat, menjalin persaudaraan.

Lalu kali ini giliran kami kau tinggalkan
Jejakmu besok akan tersisa kenangan
Kursi dan mejamu jadi saksi kebersamaan
Tawa dan candamu akan selalu dirindukan.

Tapi ya
semua soal meninggalkan, tinggal, lalu ditinggalkan.

Tak perlu bersedih, ucapmu pada suatu sore yang muram
Semua perihal gerak
Air yang diam hanya genangan, yang kotor lalu bau busuk
Peluru yang tak pernah ditembakkan hanya akan jadi amunisi buruk.

Demikian pula engkau
Teruslah bergerak dan menjemput impian
Memulai bangunan besar, yang selalu kau impikan
Dan kau menyebut itu, bangunan cinta dan kasih sayang

Bila lelah dan letih mulai kau rasakan
kau selalu tahu tempat pulang.
Di sinilah engkau kan kami sambut
dan kami suguhi impian dan harapan yang pernah kita rajut


*16 Desember 2020 - Melepas kepergian teman yang akan menikah



puisi - berebut kursi dan nasi

puisi - berebut kursi dan nasi

ada yang berebut kursi,
menjual ayah, ibu, nenek, kakek, dan bibi
gelar-gelar yang berderet,
atau menukarnya dengan sesuap nasi.

ada yang menjual narasi
mengutip potongan ayat-ayat suci
sibuk posting sana-sini
tanpa perlu satu pun yang dipahami.

ada yang beradu argumentasi
menggelar buku dan kitab referensi
kutipan tokoh kanan atau kiri
tanpa perlu harus memeras otak sendiri.

sementara aku dan kau hanya berebut butiran nasi
dengan ayam yang bangun sangat pagi
itu pun sudah basi, dan wajib pula kita syukuri;
duh Tuhan, apakah surga sudah ada di depan?


puisi - bersauh tapi jauh

selamat menempuh hidup baru, ucapmu.
selamat menempuh hidup baru juga, ucapku.

kuharap aku tersenyum saat kau menyelamatiku,
dan kau pun tersenyum, manis, seperti selalu.

kau memang tersenyum, manis,
tapi aku tertawa, miris.

ada dua sampan yang berlayar jauh 
tapi berbeda tempat berlabuh.

mungkin benar, sebagian cinta harus dikubur
sebagian harapan harus jatuh tersungkur.

semoga kelak pada kita tumbuh daun, akar, lalu mekar
agar tak ada rasa sesal dan tak perlu ada perbandingan.

selamat atas hidup baru yang kan kau tempuh,
semoga pada penerimaan yang baik hatimu bersauh.
 



malang, 1 november 2020