Lebih Dekat Tapi Sering Tak Terlihat

Agenda hari Ahad lalu adalah menyervis dan mengganti oli sepeda motor istri. Sebab, Beat hitam lansiran tahun 2012 itu sudah cukup lama tidak diservis. Untunglah, Ahass hanya berjarak sepelemparan batu. Tentu bila Hulk yang melemparnya.

"Sekalian saja cek saldo di ATM" pikirku setelah mengingat-ingat bahwa ada Bank Mandiri di dekat Ahass. Ya, sekitar 700-900 meter.

Maka, setelah menyerahkan sepeda motor kepada para petugas Ahass yang rata-rata masih muda itu, aku pun berpamitan untuk pergi sebentar.

"Ya Pak. Mohon tuliskan nomor hapenya dulu kalau ada apa-apa" usul salah seorang petugas, yang tingginya mungkin 155 meter.

Setelah menuliskan nomor hape di kertas yang disediakan, aku pun bergegas menuju ATM itu. Di tengah terik panas siang, aku melewati trotoar yang permukaannya sudah tidak rata. Memang ada jembatan penyeberangan. Namun, aku memilih menyeberang langsung saja untuk memotong jarak.

Di sebelah kanan kantor pos, berjajar para penjual kaki lima yang menjual makanan ringan dan rokok. Tentu mereka tak peduli keberadaanku. Aku terus saja berjalan.


foto diambil dari google steet

Sebelum pos polisi di depan gedung eks kawedanan di Singosari, aku menyeberang. Lalu lintas agak ramai siang itu. Mobil beraneka merek yang sebagian besar berpelat L melaju dengan kecepatan sedang.

Saat sampai di sisi seberang jalan, bau busuk dari pasar Singosari langsung menyergap. Namun, bau itu sedikit terfilter oleh masker yang kukenakan. Setelah berjalan sekitar 10 meter dari sumber bau busuk, aku melewati tiga bapak-bapak paruh baya yang sedang mengobrol asyik. Salah satunya berdiri dan gerakan tangannya nyaris mengenai kepalaku. Beruntung, refleks bisa membuatku terhindar. Selamat.

Dua orang di antaranya tertawa. Betul kata pujangga yang siapa itu, kebahagiaan orang lain kadang kesialan kita. Titik keseimbangan.

Dari titik hampir terkena ayunan tangan itu, aku masih harus berjalan sekira 500 meter. Lumayan panjang, terutama karena matahari sedang panas-panasnya.

Setelah sampai di Bank Mandiri yang kutuju itu, kedua ATM berfungsi normal. Tujuanku tercapai.

Misi kedua: Jalan kaki untuk kembali ke Ahass. Tak banyak yang berbeda. Saat perjalanan kurang sekitar 150 meter dari Ahass, kutengok kanan dan kiri. Di atas sana, terpampang jelas neonbox ATM Mandiri. Hahahahahaha.

Sungguh, aku ingin berkata kasar saat itu. Untung, sedang banyak orang.

Bila dipikir-pikir matang-matang, ada banyak pelajaran di sini. Pertama, kadang tujuan kita dekat, tapi sayang mata kita terhalang asumsi sendiri. Kedua, ada Google, kok nggak ngecek dulu sebelum jalan. Ketiga, ada teknologi yang bernama e-banking, kok gak dimanfaatkan. Keempat, aku seringnya lebih bodoh daripada yang kusadari sendiri.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »