Mengapa Harus Mulai dari "Mengapa"?

Dalam sesi pertama program Praktisi Mengajar '23 ini, semua sesi saya awali dengan kata tanya "mengapa." Upaya ini terinspirasi Simon Sinek dalam TedX Talk dan buku lanjutan tulisannya yang berjudul Start with Why.

Mengapa Harus Mulai dari "Mengapa"?

Menurut Simon Sinek, pemimpin dan organisasi yang paling sukses memulai dari "mengapa" yang jelas. Gamblang. Mereka memiliki suatu tujuan atau keyakinan yang menginspirasi diri mereka dan para pengikutnya. 

Sederhananya, mereka memulainya dari "mengapa" dan kemudian mencari tahu "bagaimana" dan "apa". Jadi, tujuan ditetapkan terlebih dahulu, lalu kemampuan teknis dan produk mengikuti.

https://tyche.consulting/wp-content/uploads/2015/04/Start_with_Why.jpg

Sinek mencontohkan Apple untuk menggambarkan apa yang ia maksud. Apple tak hanya menjual komputer, tetapi juga menjual produk yang dirancang untuk membuat hidup orang menjadi lebih baik. 

"Mengapa" inilah yang menginspirasi karyawan Apple untuk bekerja keras dan menciptakan produk yang inovatif. Keyakinan ini menarik para pelanggan untuk membeli produk Apple.

Sinek juga mengambil contoh Martin Luther King Jr. King tidak hanya memperjuangkan hak-hak sipil. Ia juga memperjuangkan dunia yang setiap orangnya diperlakukan secara bermartabat dan terhormat. "Mengapa" inilah yang menginspirasi King untuk memimpin gerakan hak-hak sipil. "Mengapa" ini pulalah yang menginspirasi orang-orang untuk bergabung dan ikut berjuang bersamanya.

Sinek berpendapat bahwa dengan memulai dari "mengapa", kita dapat menciptakan diri, organisasi, dan gerakan yang lebih menginspirasi, lebih sukses, dan lebih tahan lama.

Faktanya

Sinek lalu menjelaskan bahwa kebanyakan orang dan organisasi berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dari luar ke dalam. Outside in. 

Contohnya, mereka memulai dari apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka melakukannya, dan kemudian mengapa mereka melakukannya.

Padahal, bila ingin terus mendapatkan motivasi dan komitmen berlipat saat kesulitan menghadang, kita perlu "mengapa" yang kuat. Dengan begitu, kita tak mudah dihempas kesulitan yang mungkin mendera.

Demikian juga saat belajar penerjemahan. Penerjemahan adalah skill yang kompleks. Keterampilan pasif mahasiswa harus istimewa dalam bahasa sumber (source language) dan harus luar biasa dalam bahasa sasaran (target language). Demikian pula kemampuan untuk menghubungkan keduanya. Butuh berjam-jam latihan tanpa lelah. Untuk itu, diperlukan motivasi dan komitmen yang kuat.

Itulah mengapa kelas praktisi mengajar mulai dari "mengapa"?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »