Diari Syukurku #16: Belajar Cukup

Beberapa hari lalu, saya melihat cuplikan video Yusdeny Lanasakti. Yusdeny sendiri seorang kreator konten yang menyajikan konten berbagi dengan para janda atau duda sepuh yang sering ditinggal anak dan cucunya.

Di situ, dia bertemu Mbah Kulsum. Sebagaimana layaknya konten berbagi lain, kreator yang sekaligus dokter ini memberikan bingkisan sembako.

Saat menerima, Mbah Kulsum langsung kaget dan terlihat menahan diri. “Kok banyak sekali gini” ujarnya dalam bahasa Madura “gak tahu ini bagaimana saya mengembalikannya”

“Gak usah dikembalikan” balas sang dokter “cukup kami didoakan.”

“Semoga sampeyan dan semua tim ini beres slamet” pungkas beliau kemudian.

Cuplikan video itu mengingatkan saya tentang rumah. Beberapa orang sepuh di Probolinggo tidak langsung seketika sumringah ketika mendapat pemberian. Beliau-beliau selalu berpikir bagaimana cara mengembalikan kebaikan itu. Bahkan saat kedatangan tamu, beliau langsung berpikir cara membalas silaturahim itu.


Dari video itu, kupikir mungkin begitulah cara untuk merasa cukup, yaitu memikirkan bagaimana cara kita mengembalikan kebaikan orang yang memberi. Dengan begitu, kita tidak terlalu tamak meminta dan menerima. Karena yang kita minta atau terima, harus kita kembalikan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »