Beberapa hari lalu, saya melihat cuplikan video
Yusdeny Lanasakti. Yusdeny sendiri seorang kreator konten yang menyajikan
konten berbagi dengan para janda atau duda sepuh yang sering ditinggal anak dan
cucunya.
Di situ, dia bertemu Mbah Kulsum. Sebagaimana
layaknya konten berbagi lain, kreator yang sekaligus dokter ini memberikan
bingkisan sembako.
Saat menerima, Mbah Kulsum langsung kaget dan terlihat
menahan diri. “Kok banyak sekali gini” ujarnya dalam bahasa Madura “gak tahu
ini bagaimana saya mengembalikannya”
“Gak usah dikembalikan” balas sang dokter “cukup
kami didoakan.”
“Semoga sampeyan dan semua tim ini beres
slamet” pungkas beliau kemudian.
Cuplikan video itu mengingatkan saya tentang rumah. Beberapa orang sepuh di Probolinggo tidak langsung seketika sumringah ketika mendapat pemberian. Beliau-beliau selalu berpikir bagaimana cara mengembalikan kebaikan itu. Bahkan saat kedatangan tamu, beliau langsung berpikir cara membalas silaturahim itu.
Dari video itu, kupikir mungkin begitulah cara untuk merasa cukup, yaitu memikirkan bagaimana cara kita mengembalikan kebaikan orang yang memberi. Dengan begitu, kita tidak terlalu tamak meminta dan menerima. Karena yang kita minta atau terima, harus kita kembalikan.
