Maaf, aku kalah...

Maaf, aku kalah...

Tangisnya pecah, membelah kekhawatiran dan kecemasanku yang sedari tadi membuncah. Pelukannya kepada ibunda semakin lama semakin erat, dia seperti tidak siap dan tidak ingin menghadapi dunia. Terutama tidak ingin menatapku. Kutunggu sejenak. Kutarik tangannya yang enggan melepaskan pelukan. Tapi aku harus menariknya dari kerumunan agar rasa sesaknya berangsur hilang.

“Kenapa Mas nangis” tanyaku kemudian.
Bukan Kue Biasa

Bukan Kue Biasa

“Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun” mengalun di belakangku. “Panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia. Serta mulia. Serta mulia” terus terdengar. Semakin lama, semakin nyaring.

Diam tanpa bergerak, aku sendiri masih berkonsentrasi. Membelakangi teman-teman yang berdiri sambil mengiringi kue, aku tersenyum simpul. Hatiku bahagia tentunya. Tak terkira.
SMS Penuh Kejutan

SMS Penuh Kejutan

SMS dari nomor resmi BCA Finance yang terurai penuh indahnya “Direksi & Karyawan BCA Finance mengucapkan Selamat Ulang Tahun, panjang umur, sehat & sukses selalu untuk Anda. Terima kasih telah menjadi bagian dari BCA Finance” menggugah alam sadarku.

Hampir tak pernah terbersit dalam pikiranku akan mendapatkan ucapan ulang tahun dari BCA Finance. Demikian juga akan mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari Alfamart.

“Selamat ulang tahun Pak. Semoga panjang umur dan sehat selalu” ucapnya dengan penuh ketulusan. Atau dengan penuh penghafalan. Susah kita mengetahuinya.

Aku bingung. Melihat ke orang di belakangku, dan ternyata tidak ada siapa-siapa.

“Maaf, siapa yang ulang tahun Mbak?”

“Bapak. Begitu di data kami”

“Ah mungkin salah masukkan data Mbak. Bagaimana pun, terima kasih ya.” pungkasku, sambil tersenyum bingung.

Untuk kasus Alfamart ini, kasir yang melayaniku menyampaikan selamat ulang tahun pada tanggal yang salah.

Aku heran, hubunganku dengan kedua institusi besar ini hanya pelanggan dan pemberi langganan. Tidak lebih dari itu. Menariknya, seperti halnya kedua perusahaan ini, banyak perusahaan lain sekarang berusaha melangkah lebih jauh seperti ini, tidak sekadar produsen dan konsumen. Menerobos ke sekat-sekat yang dari dahulu kala tidak pernah terlalu dipedulikan. Berusaha hadir pada momen terpenting seseorang. Menjadi salah satu bagian terpenting di dalam kehidupan orang tersebut.

Dengan kata lain, mereka seakan ingin mengatakan: kami tidak hanya menjual produk dan layanan, tapi kami menjual pengalaman. Menjual kedekatan. Menjual kehadiran pada momen spesial Anda. Menjual kesan. Menjual kenangan. Bila produk menjadi kenangan, yang tersisa adalah kesetiaan pada produsen/produk yang digunakan. Bila kesetiaan sudah tercipta, penjualan produk akan melambung dan berkesinambung.

Mereka ingin menjadikan kita spesial, hanya dengan mengingat dan memberikan ucapan itu. Meskipun sederhana, tapi akan selalu kita ingat.

Selain itu, mereka menghadirkan satu hal yang tak kalah pentingnya, yaitu unsur kejutan. Karena tidak pernah menyangka dan mengharapkannya, ucapan itu dan akhirnya memori yang timbul karenanya akan lebih lekang di ingatan seseorang. Bagaimana kita tidak terkejut, memikirkan mereka pun kita hampir tidak pernah. Tapi mungkin itulah unsur dasar dari kebatinan manusia, yang selalu kita rindukan. Upaya kejutan dan unsur-unsur penyertanya.

Aku kira, hal yang sama juga berlaku dalam hubungan personal. Kita akan lekang di ingatan orang lain, ketika kita berusaha menjadikan orang tersebut dekat. Menjadikannya spesial. Menjadikannya luar biasa. Menjadikannya penting. Menganggapnya tidak tergantikan. Membantunya dan menjaganya sepenuh hati.

Dengan semua upaya itu, kita akan memenangkan hati orang. Bila kita sudah memenangkan hati, maka orang tersebut juga akan memberikan hatinya kepada kita. Dengan memenangkan hati orang, kita mungkin juga akan memenangkan perhatian Tuhan. Bila kita tulus tentunya.

Itulah sedikit pelajaran yang aku petik hari ini. Semoga pelajaran ini terus melekat, dan bisa aku terapkan. Meskipun tidak mudah, aku akan mencoba berusaha.

Malang 10 Januari 2014

Kado terindahku

Kado terindahku

“Maafkan aku” ucapnya sambil datang menyongsongku, lalu memelukku. Di pelupuk matanya, terlihat kesedihan yang cukup mendalam. Kutarik badannya sebentar, dan kutatap dia. Dia balas memelukku lebih erat.

“Maaf, aku tidak bisa membelikan ayah hadiah” ujarnya lirih. Suaranya berat. Ah, sontak saja mataku sembab pelan-pelan.

“Tidak apa-apa, Nak. Bagiku kebahagianmu sudah menjadi hadiah terbaik bagi ayah” balasku.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Hari ini memang ulang tahunku. Dan aku tidak pernah berharap mendapatkan ucapan itu, apalagi hadiah, terutama karena usianya belum genap 6 tahun.