Kado terindahku

“Maafkan aku” ucapnya sambil datang menyongsongku, lalu memelukku. Di pelupuk matanya, terlihat kesedihan yang cukup mendalam. Kutarik badannya sebentar, dan kutatap dia. Dia balas memelukku lebih erat.

“Maaf, aku tidak bisa membelikan ayah hadiah” ujarnya lirih. Suaranya berat. Ah, sontak saja mataku sembab pelan-pelan.

“Tidak apa-apa, Nak. Bagiku kebahagianmu sudah menjadi hadiah terbaik bagi ayah” balasku.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Hari ini memang ulang tahunku. Dan aku tidak pernah berharap mendapatkan ucapan itu, apalagi hadiah, terutama karena usianya belum genap 6 tahun.


Pada usia itu dulu, aku belum tahu apa-apa tentang konsep ulang tahun. Lahir di sebuah desa terpencil, konsep ulang tahun begitu absurd. Hampir tak ada satu orang pun yang merasa pentingnya merayakan ulang tahun.

Bagiku sendiri, ulang tahun baru terasa ketika usia dewasa mulai menjelang. Aku ingat meniup lilin pada semester lima. Saat itu, calon istriku membawakan kue ulang tahun. Ya, calon istri yang saat ini menjadi ibu dari anak-anakku.

Untuk membeli kue itu, dia bolos kelas. Business correpondence kalau tidak salah. Aku kebingungan dan bertanya-tanya kemana gerangan dia. Aku sangat tidak suka dia bolos kuliah, terkecuali untuk urusan yang memang tidak bisa ditunda. Rasa kesal dan marah mulai menggelayut di pikiran.

Aku resah dibuatnya selama pelajaran berlangsung. Meskipun berusaha konsentrasi, aku gagal. Rasa kesal, marah, khawatir, dan penasaran bercampur aduk. Aku terus bertanya-tanya.

Tiba-tiba saat dosen kami menutup kelas saat itu, dia datang, muncul tiba-tiba dari pintu kelas. Masuk dengan memegang kue yang berhiaskan lilin kecil berwarna biru dan kuning, senyumnya mengembang. Begitu manis dan tulus. Dia mendatangiku, yang tak bisa beranjak dari kursi. Aku terkejut, terpaku, terdiam.

Jadilah hari itu aku mengumumkan sumpahku untuk selalu menjaga senyum itu. Sumpahku pada diri sendiri. Menyimpannya di dalam laci hatiku sehingga bisa kukeluarkan sesekali saat kemarahan, kekesalan, dan kebosanan melanda. Senyum itu dan pengorbanannya...

Aku tahu berat baginya membeli kue itu. Uang sakunya yang tidak seberapa disisihkannya untuk membelikanku kue yang untuk ukuran saat itu sangat mahal. Aku rasa uang sakunya yang satu bulan akan habis untuk membeli kue itu. Aku juga tak tahu persis apa yang akan digunakannya untuk makan sampai akhir bulan. Betul-betul khas dia, begitu nekad. Tak berpikir panjang.

Tetapi mungkin itulah yang menjadikan momen itu begitu melekat erat. Lekat betul di relung hatiku sampai saat ini. Mungkin itu juga alasan terbesar aku akhirnya memilihnya menjadi pendampingku sampai saat ini. Dia mengorbankan semuanya demi membahagiakanku. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Dari itu, aku membuat kesimpulan sederhana: cinta adalah tentang menghapus ego, melenyapkan ketakutan diri, melepaskan semua kecemasan, lalu berupaya, berjuang, dan berkorban untuk membahagiakan orang yang kita cintai.

Momen itu hadir kembali hari ini, saat anakku mengucapkan kata-kata lirih itu. Kehadirannya, kehadiran istriku, dan kecupan lembut dan tulus dari mereka mengisi kebahagiaan hari ini.

Tak banyak aku mendapatkan ucapan ulang tahun, karena memang aku tidak memasang tanggal kelahiran di Facebook. Kadang kurasa, ucapan selamat ulang tahun di Facebook terlalu hambar, terlalu biasa-biasa saja. Ucapan-ucapannya lebih ke suatu kewajiban sosial, bukan ketulusan mendalam dari hati. Setidaknya keyakinanku begitu.

Aku hanya mendapatkan ucapan ulang tahun dari istriku, persis jam 12 malam. Aku bersyukur dia mengingat hari ini, hari di mana dia sudah mencuri habis hatiku.

Saat siang menjelang, ada SMS masuk. Aku penasaran siapa pengirimnya. Saat kubuka “Direksi & Karyawan BCA Finance mengucapkan Selamat Ulang Tahun, panjang umur, sehat & sukses selalalu untuk Anda. Terima kasih telah menjadi bagian dari BCA Finance”.

Aku tersenyum simpul. Pintar sekali mereka mengingatkanku untuk selalu membayar tagihan setiap bulannya J.

Anyway, thanks a lot to my wife, Aka & Keena for being here today as my family. A small happy family.

Dan tak lupa pula, terima kasih pada segenap Direksi & Karyawan BCA Finance J.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 comments:

comments
22 January 2014 at 05:35 delete

Sweet, sweet (suit, suit) .... Nice memory, nice wife, nice small family. May Allah protect you all from any evil.

Reply
avatar