The Only One I-One

Mengenalnya di penghujung tahun 2012 lalu, kami tak mengira akan mengenalnya sejauh ini. Sebanyak saat ini. Pada sore hari ketika dia datang untuk ikut tes masuk ke lembaga kecil kami, tatapan matanya yang tajam, mimik wajah serius nan tegang, dan kaca mata yang dikenakannya menguatkan citra bahwa kami akan menghadapi manusia serius lain dari Jombang, yang tidak akan nyaman diajak bercanda. Garing.

[caption id="attachment_88" align="alignleft" width="300"]Mak, aku ulangtahun Mak. Mak, aku ulangtahun Mak.[/caption]

Entah mengapa, akhirnya dia bisa lulus tes masuk yang diberikan Singgih. Hari pertama kesan itu tidak luntur. Dia teguh dengan mimik serius itu. Beberapa hari berikutnya, suasana perlahan mencair. Selalu menjawab setiap kali ditanya, kami tahu juga saat itu bahwa dia tidak setegang wajah yang dia tampilkan di awal bertemu.

Aku masih ingat cerita-cerita awalnya. Entah mengapa dia langsung memilih topik cerita yang menjadi salah satu topik paling menarik sepanjang sejarah manusia. Kami mestinya sudah bisa menduganya, bisa membaca dari resume pekerjaan yang dikirimkannya, dan bisa membaca dari pakaian bergaya royal-konvensional yang selalu dikenakannya. Tapi kami gagal memprediksi dia akan bercerita topik itu.

Terlebih dia berasal dari Jombang. Tempat banyak manusia ajaib terlahir. Kita tentu ingat Gus Dur, yang membelalakkan mata dunia saat menjadi presiden negara kepulauan terbesar di Dunia. Atau si Ponari, bocah yang dianugerahi batu kriptonite yang mampu melumpuhkan superman dan membuat air biasa menjadi air berkekuatan super.  Meskipun tidak saya percayai juga, konon keringatnya lah yang menginspirasi perusahaan Korea membuat minuman berion, dengan nama pemberi inspirasi, namun sedikit diplesetkan, ya tak salah lagi, P**ari Sweat.

I-One saat itu bercerita tentang pertarungan sengitnya dengan jin berusia ratusan tahun di kampusnya dulu. “Aku memberanikan diri untuk menghadapinya setelah semua temanku nggak sanggup, dan berhasil memasukkannya ke dalam wadah, lalu memaketnya ke Madura” ceritanya dengan semangat 45. Sontak kami pun terdiam, menyimak cermat. Kami kagum, tidak yakin, kadang yakin, yang paling sering antara percaya dan tidak percaya. Tapi kami tidak punya alasan untuk membantah atau menyangkalnya, karena kami tidak pernah menyaksikannya sendiri. I-One dan penampilan uniknya merupakan jaminan kebenaran akan cerita yang dia sampaikan, terutama bila terkait dengan alam mistis dan segala isinya.

Pada suatu siang di dalam mobil, dia lalu beralih cerita tentang peradaban jin. Dia memulai dari anak-anak jin, istri jin, sekolah jin, bank jin, kartu ATM jin, mobil jin, kereta jin, ponsel bagi kaum jin, dan segala hal terkait jin*. Dia merupakan sumber utama kami terkait dunia perjinan. Berdasarkan kisahnya, konon kemampuan itu secara default tertanam di dirinya. Pernah diblok, tetapi kembali lagi saat dia beranjak dewasa.

Kisah-kisah itulah yang mengawali perkenalan kami dengan manusia unik yang tak pernah kami lihat duplikatnya di dunia ini. Perlahan kisah-kisah mistik ini sudah tidak bisa menarik kami. Pengulangan yang berulang akan menciptakan kebosanan berlipat-lipat.

Tapi bukan I-One namanya bila berhenti memukau kami. Perlahan-lahan tapi pasti, dia mulai membuat kami takjub, ternganga, dan kagum tanpa ujung akan kemampuan seninya. Dia ternyata bisa menyanyi. Kemampuan itu baru keluar ketika berada di tengah-tengah teman-teman kerjanya.

Besar dan tumbuh dewasa di lingkungan Jombang yang religius, tidak biasa (mistis maksudnya), dan terlebih lagi di dekat pabrik tebu, I-One tidak pernah menyadari bakat terpendamnya. Bakat itu mulai terasah ketika bertemu kami. Bila rasa lelah menyergap, dan kebosanan hinggap di antara pikiran-pikiran suntuk memikirkan tenggat, dia muncul dengan suara emas itu. Lantunan merdu yang selalu kami tunggu-tunggu.

Tak terhitung jumlah lagu yang berhasil ditaklukkannya. Kami juga heran bagaimana dia bisa menjiwai berbagai lagu dari beragam aliran: dangdut, pop, jawa tradisional, jazz, rock, dan banyak lagi lainnya. He’s the only one, I-One.

I-One yakinlah, benar-benar beruntung kami pernah mengenalmu. Pribadimu yang sederhana, supel, tidak neko-neko, dan selalu siap menghibur dan menciptakan keceriaan di sekelilingmu membuat kami selalu bangga memiliki sahabat sepertimu, keluarga sepertimu.

Selamat Ulang Tahun Kawan!!!

Kami tidak akan bisa memberimu apa-apa, karena tidak ada yang bisa membalas semua kebaikanmu, dan uluran tanganmu kepada kami. Kami hanya bisa berdoa di dalam hati masing-masing semoga di ujung hari engkau bisa meraih semua mimpimu, merangkai semua impian yang tertunda, menyusun kepingan-kepingan kebahagiaan menjadi istana yang bisa engkau tempati nantinya bersama si dia...

Sekali lagi, terima kasih, kawan, engkau sudah hadir di hidup kami, mewarnainya, menceriakannya tanpa meminta dan berharap apa-apa. Tanpamu, hidup kami tak akan pernah sama. Tak akan pernah sama...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 comments:

comments
I-One Canary
26 February 2014 at 17:47 delete

G' ada hadiah y.....hiks hiks

Reply
avatar