Karena Satu Kesalahan, Lenyap Seribu Kebaikan

Hari Ahad kemarin, secara kebetulan saya diminta menjadi MC untuk suatu acara keluarga. Temanya: Tindaklanjut acara pertunangan dan penetapan tanggal pernikahan.

Sebagai orang yang belum pernah menjadi MC acara keluarga, saya siapkan naskah. Saya tulis semua detail dan saya coba hafalkan.

Acara berlangsung lancar. Semua pihak bahagia dan tersenyum puas.

Setelah acara, ada yang mengingatkan saya. "Sampeyan salah membaca mukaddimah. Mestinya sekali, tapi ini dua kali. Dan tak hanya itu, sampeyan salah menyebut nama daerah, mestinya Gurah. Sampeyan menyebutnya Galuh."

Mood saya agak berantakan setelah itu. 

"Mengapa orang lebih ingat satu atau dua kesalahan? Kenapa tidak mengingat acara yang berjalan lancar dan semua tamu yang gayeng saja?" pikir saya.

Lalu, saya ingat suatu cerita dari Majalah Intisari. Kira-kira seperti di bawah ini:

Seorang guru menuliskan rangkaian perkalian di bawah ini di papan tulis:

1. 5 x 1 = 5
2. 5 x 2 = 10
3. 5 x 3 = 15
4. 5 x 4 = 20
5. 5 x 5 = 20
6. 5 x 6 = 30
7. 5 x 7 = 35
8. 5 x 8 = 40
9. 5 x 9 = 45
10. 5 x 10 = 50

Belum sempat sang guru duduk, para murid tertawa kecil.

“Mengapa kalian tertawa?” tanya sang guru sambil membalik badan.

“Yang nomor lima salaaaahhh, Buuu!" jawab mereka serentak. Lalu, para murid tertawa terbahak-bahak.

Setelah tawa mereka reda, sang guru menjelaskan sambil tersenyum. 

“Saya sengaja menulis seperti itu agar kalian bisa belajar sesuatu selain perkalian." Sang guru terdiam sebentar dan menebarkan pandangan. "Begitulah dunia ini akan memperlakukan kita. Dari daftar perkalian itu, saya benar sembilan kali. Namun, tak ada satu pun dari kalian yang memberikan selamat dan mengapresiasi."

Para murid terdiam.

"Pada satu kesalahan nomor 5 itu, kalian tertawa." Sang guru kembali menebarkan pandangannya. "Dalam hidup ini, anak-anakku, jarang sekali ada apresiasi atas hal-hal yang baik yang kita lakukan ribuan kali. Dalam hidup, kita dikritisi, bahkan untuk kesalahan kecil yang kita perbuat."

"Semoga anak-anakku. Kalian belajar hari ini. Untuk lebih mengapresiasi orang lain. Melihat sisi-sisi yang baik dan mengapresiasinya. Bila ada orang yang mengkritisi kalian, tersenyumlah saja. Karena memang begitulah dunia.”

Setelah mengingat cerita ini, saya pun tersenyum. 


Photo by Ali Inay on Unsplash


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »