Apa yang akan kita lakukan seandainya kita
mengidap penyakit liver parah, yang mengancam nyawa? Mengintai kita setiap hari
lewat kaki yang bengkak, mata yang menguning, dan wajah yang menghitam? Meratapinya,
lalu menyalah-nyalahkan masa lalu. Atau, pilihan kedua: memilih untuk
menghadapinya dengan tegar, sabar, dan penuh perhitungan.
Pilihan terakhir itulah yang diambil Pak
Dahlan, yang kemudian diceritakannya dalam tulisan berseri di Koran Jawa Pos.
Kemudian, tulisan berseri itu dibukukan dengan judul Ganti Hati, Tantangan Menjadi Menteri.
Tulisan yang pendek-pendek khas beliau dan disampaikan secara ceria
tersebut sejatinya memikat saya sejak lama. Tapi baru hari-hari
terakhir saya berkesempatan membacanya secara tuntas dan perlahan. Berkat waktu
luang dan buku pinjaman dari perpustakaan kantor. Ah pinjaman lagi.
Cara bercerita yang pendek-pendek, gamblang,
dan penuh metafor sederhana memudahkan kita mencerap isinya. Cara seperti itu tak mungkin bisa disampaikan bila si penulis tak paham
semua elemen dari penyakitnya. Dan berkat pemahaman seperti itu, Pak
Dahlan Iskan berhasil menyaring info-info tertentu, dan menyampaikan informasi
yang berguna saja bagi pembaca.
Tapi jangan mengira buku ini hanya akan
berkisar tentang cerita beliau menjalani operasi besar dengan taburan istilah
medis yang njelimet. Ada juga
bagian-bagian ringan, yang berisi latar belakang beliau ketika masih kecil.
Mulai dari lantai tanah, yang bisa menyerap ompol hingga keinginan beliau yang membumbung tinggi untuk
punya sepeda. Cerita-cerita ringan seperti ini bertebaran di seluruh buku,
sesuai kebutuhan topik yang dibahas. Untuk menyelami kisah tentang kehidupan masa
kecilnya secara lebih lengkap, bacalah Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.
Dengan cerita latar belakang seperti itu, kita
jadi tahu keseluruhan latar belakang mengapa beliau begitu tegar menjalani
hidup. Kemiskinan di masa lalu terus menghantui beliau, tetapi dengan cara yang
begitu positif sehingga beliau bisa tetap tersenyum dan ceria saat menghadapi “kematian”. Setidaknya mati 18 jam saat sedang operasi ganti hati.
Kemiskinan yang bisa merantai mental, lalu
membuat yang bersangkutan didera rasa rendah diri berkepanjangan tak berlaku
bagi Pak Dahlan Iskan, tetapi malah mengasah mentalnya. “Miskin Bermartabat,
dan Kaya Bermanfaat” menjadi filosofi yang melandasi setiap gerak langkahnya.
Bagi saya, Pak Dahlan Iskan ya mirip seorang alkemis, yang berhasil mengubah
masa lalu kelam penuh kemiskinan menjadi kejayaan yang gemilang. Berhasil
mengubah kisah bedah ganti hati yang menakutkan menjadi cerita yang mengasyikkan dan mencerahkan.
Selain itu, ada satu konsep filosofi kehidupan
yang menurut saya penting untuk kita pelajari dan kita terapkan, yaitu
intensifikasi umur. Tak begitu penting seberapa lama berapa kita hidup, selama
kita produktif dan bermanfaat, umur itu akan bernilai dan sangat penting.
Itu saja? Nggak.
Ada banyak hal lain yang menurut saya penting untuk kita pelajari di buku ini.
Tentang langkah-langkah penyelesaian masalah misalnya. Pengetahuan ini bisa
menjadi kompas kita dalam menyelesaikan masalah.
Namun, buku ini bukan tanpa kekurangan.
Sepertiga buku akhir ini diisi dengan SMS, dan email pertanyaan, lalu disusul
jawaban dari Pak Dahlan. Ya, meskipun memang interaktif, tetapi agak menganggu
dan tidak signifikan.
Tetapi kekurangan itu tak ada apa-apanya
dibandingkan pemahaman, pengetahuan, dan ilmu yang bisa kita serap dari membaca
buku Ganti Hati ini. Ya, ibarat setitik minyak di kuala, ada masalah, tetapi
tidak menganggu kejernihan airnya.
Apakah saya menyesal setelah
membaca buku ini? Ya, menyesal sekali. Mengapa baru sekarang saya membacanya. Sebab,
buku ini juga mengajari saya untuk
tabah. Untuk tegar, namun tetap penuh pengetahuan, dan penuh perhitungan.
Data buku:
Judul: Ganti Hati, Tantangan Menjadi Menteri
Penulis : Dahlan Iskan
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : Februari 2012
Tebal : 343 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm
Cover : Softcover