dan aku comberan
kau menetap
aku mengalir tak karuan
bebas menerabas
sudah kubilang
apa gunanya indah bila terkurung sepi
dibatasi ruang kaca bundar kau dipaksanya tersenyum tanpa henti
menebar wangi agar orang melontarkan puja-puji
apa gunanya wangi
bila dibaliknya yang kau rasa hanya perih
lihatlah aku kini bebas berlari
menembus duri-duri selokan
melintasi batu-batu cadas berceceran
mengabaikan cemoohan dan lepas dari bayang-bayang
lalu aku berenang, larut bersama arus sungai
merasakan bebas
menghirup perih udara panas
menikmati sepoi sapuan alam
bersama, bersatu, lalu hilang
lalu kudengar rintik gerimis berbisik
kamu kan misik,
mengapa ikut comberan ke tengah lautan?