![]() |
taken from: whenthesoulawakens.org |
Dalam novel Harry Potter: Sorcerer’s Stone, dibahaslah sebuah batu unik. Begitu
legendaris. Sangat diinginkan banyak orang, terutama you-know-who dan para
pengikutnya. Batu ini kemudian diterjemahkan menjadi “batu bertuah” di dalam
novel versi bahasa Indonesianya.
Sekilas tak ada yang menarik dari batu ini. Mirip
batu akik merah raksasa. Namun, yang membedakannya adalah batu ini dapat
mengubah logam besi, aluminium, perak, dll, menjadi logam yang sangat berharga,
yaitu emas. Bahkan, ada yang mengatakan batu ini bisa mengubah apa pun menjadi
emas.
Hanya itu kegunaannya?
Ternyata tidak. Yang diinginkan pangeran
kegelapan adalah elixir of life atau
ramuan kehidupannya. Singkatnya, batu ini bisa membuat pemiliknya awet muda,
dan bahkan hidup abadi.
So, berbekal batu ini Lord Voldermort atau
siapa pun yang bisa memilikinya bisa mendapatkan tiga godaan dunia yang paling
memikat: kaya, kuasa, dan cinta serta panjangnya usia. Kaya, kuasa, dan cinta
tak akan cukup bila tidak disertai panjang usia. Belum selesai kita tersenyum
bahagia, semuanya sudah direnggut.
Dan batu ini menawarkan semuanya. Itulah
mengapa tidak hanya lord you-know-who yang tertarik, tetapi hampir semua petualang,
serta pencari dan pemburu harta karun.
Nah, sekarang kita bahas sejarahnya. Konon,
sebagaimana dicatat oleh Wikipedia, batu ini sudah diketahui oleh Nabi Adam,
yang langsung diajari oleh Allah. Entah bagaimana ceritanya, teori dan
pengetahuan ini kemudian melanglang buana dari Tiongkok, Yunani, hingga Mesir
kuno.
Berdasarkan fakta sejarah, ilmuwan Islam Jabir
ibn Hayyan juga meneliti hal ini. Besar kemungkinan, keingintahuannya dipicu
oleh terjemahan buku dan kitab berbahasa Yunani. Pada masa kejayaan ilmu
pengetahuan Islam, proses penerjemahan buku dan kitab berbahasa Yunani banyak
dilakukan guna mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Islam.
Dalam rangka meneliti hal ini, ilmuwan yang dikenal
sebagai Geber di dunia barat itu menganalisis sifat-sifat dasar empat unsur
alam, yaitu api, tanah, air, dan angin.
Dari penelitian dan perenungannya tersebut, muncullah
suatu premis mengenai transmutasi. Suatu logam bisa diubah menjadi logam lain,
yaitu dengan cara mengubah kualitas atau karakteristik dasar dari logam
tersebut.
Transmutasi itu dimungkinkan dengan dimediasi
oleh zat yang disebut, Al-Iksir (yang
kemudian diadaptasi menjadi kata dalam bahasa Inggris, yaitu elixir). Nah,
eliksir ini hanya bisa dihasilkan oleh batu bertuah itu tadi. Itulah teorinya.
Sampai di sini tidak ada dokumentasi lagi
tentang apakah Geber berhasil melakukan transmutasi logam tersebut. Dalam
catatan sejarah, ilmuwan dan filosof abad ke-13, Albertus Magnus, konon pernah
menemukan batu ini, lalu mewariskannya kepada Thomas Aquinas. Namun, klaim ini
tidak pernah terkonfirmasi.
Dalam tulisannya, Magnus hanya menyampaikan
bahwa dia menyaksikan sendiri “transmutasi” dari logam biasa menjadi logam
mulia. Hanya menyaksikan.
Terlepas dari informasi di wikipedia tersebut,
kita jadi bertanya-tanya betulkah ada batu seperti itu di dunia ini?
Tidak ada informasi yang betul-betul akurat
hingga kini, kecuali ya dari wikipedia, novel dan legenda, terlepas dari banyak
sekali orang yang memburu batu berharga ini.
Yang menarik, konon dalam proses pencarian
batu bertuah itu, kegagalan banyak menerpa. Para pemburu dan pencari batu ini tidak
hanya gagal menemukan lokasi, tetapi juga gagal mengetahui kebenaran informasi
ini.
Namun, sebagaimana perjalanan dan pencarian
lainnya, para pemburu dan pencari itu tidak gagal sepenuhnya. Mereka menemukan
dan belajar hal-hal baru yang tak kalah pentingnya. Apa itu?
Batu bertuah itu sebenarnya ada di dalam diri
mereka sendiri. Di dalam jiwa mereka sendiri. Tentu tidak ditemukan begitu
saja, tetapi setelah melalui rentetan perjalanan panjang. Konsepsi inilah yang mendasari
buku The Secret dan serial film
dengan judul yang sama.
Ada satu benang merah yang menyatukan semua informasi
dan cerita dalam novel, legenda, dan cerita rakyat ini. Bila kita menginginkan
sesuatu, alam akan berkonspirasi untuk mewujudkannya. Bila kita ingin mengubah “besi”
menjadi “emas”, alam juga akan membantunya.
Di dunia musik masa kini, kita mengenal Taylor
Swift yang berhasil menemukan batu bertuahnya sendiri. Buktinya, begitu putus
cinta, dia lantas mengubahnya menjadi lirik lagu yang laris diputar di mana-mana.
Dia berhasil mengubah perasaan nelangsa menjadi lagu memesona.
Tidak terhitung banyaknya orang yang berhasil
mengubah “besi” menjadi “emas” berbekal “batu bertuah” yang ditemukannya
sendiri. Chairul Tanjung mengubah masa kecilnya yang penuh perjuangan menjadi kegemilangan.
Demikian juga Dahlan Iskan.
Batu bertuah itu adalah cinta, cita-cita,
passion, impian, dan harapan. “Batu” ini lantas mengubah sifat-sifat dasar
kita. Mentransmutasikannya. Dari awalnya kita malas, lalu berubah menjadi penuh
semangat. Dari awalnya kita lebih sering mengeluh, kita lalu menjadi pekerja
keras.
Dan seiring berubahnya sifat dasar itu, kita
jadi bisa mengubah hal yang tidak berharga menjadi begitu mulia. Kita bisa
mengubah ‘waktu luang’ menjadi waktu produktif misalnya. Kita bisa mengubah kegalauan
menjadi tulisan. Kita bisa mengubah waktu senggang menjadi barisan karya.