Puisi "A Minor Bird" by Robert Frost, Terjemahan, dan Analisisnya

diambil dari Yazmin Tsarchon pinterest.

Terjemahan
Kuingin burung kan terbang tinggi,
Dan tak menyanyi di samping rumah sepanjang hari;

Kutepuk-tepukkan tangan padanya dari pintu
Saat ku tak tahan lagi dia terus mengganggu.

Pastilah aku yang melakukan sebagian kekeliruan.
Atas senandungnya burung tak boleh dipersalahkan.

Dan jelas saja ini suatu kesalahan
bila kuingin membungkam semua nyanyian.



---

Puisi ini digubah oleh seorang pujangga asal negeri Uwak Sam, yang sangat terkemuka. Robert Lee Frost nama panjangnya. Puisinya lahir dengan setting perang dunia kedua. Meskipun begitu, tema alam mengambil salah satu tempat utama di dalam puisi-puisinya.

Puisi alamnya biasanya mengupas interaksi antara manusia (dalam hal ini diwakili penulis puisi) dengan alam. Interaksi dan perjumpaan itu lebih bersifat satu sisi sebenarnya, di mana alam menghadirkan diri sebagai berlembar buku yang bisa dibaca oleh orang-orang yang memiliki kepekaan. Sementara alam, jarang dan hampir tak pernah belajar dari manusia.

Bila alam berjumpa, bercanda, dan mengajari pujangga, jadilah barisan puisi indah yang dalam maknanya. Ya, seperti puisi di atas itu. Bila yang menangkap adalah fisikawan, jadilah dia teori gravitasi. Si Newton itu. Demikian juga dengan EMC2 yang dikemukakan si jenius Einstein. Alam memang penuh misteri, tetapi tak pernah lelah mengajari.

Kembali ke puisi Frost di atas. Meskipun kata-katanya sederhana, maknanya bisa seluas samudera. Frost bisa menangkap hikmah yang diajarkan burung, lalu menyampaikannya secara jelas. Gamblang. Seakan mudah dicerna, ya bila kita hanya melihat makna denotatifnya.

Tetapi entah mengapa, puisi yang sejelas itu terasa masih berselimutkan misteri. Apakah betul Frost hanya mengupas burung? Bukan mendedah sifat dasar manusia, seperti halnya yang sering dia lakukan? Itulah yang membuat puisi selalu enak dipelajari. Sisi-sisi misterius itulah yang memicu kita membedahnya.

Puisi ini memiliki bait aa, bb, cc, dan dd. Dengan penggunaan kata sederhana, puisi yang termasuk couplet ini memiliki rima yang sempurna. Pelafalan dari huruf akhir barisnya serupa. Dan dari bahasa Inggrisnya, bisa kita ketahui: puisi ini bukan puisi yang dicatat langsung, tetapi dicatat setelah kejadian itu lama berlalu. Suatu puisi perenungan.

Sebagaimana kita baca, dia berkisah tentang seorang yang jengkel, sebab seekor burung bising bernyanyi sepanjang hari di samping rumahnya. Dia mencoba mengusir burung itu agar terbang menjauh. Ditepuk-tepukkanlah tangannya, agar burung itu segera menyingkir.

Setelah burung itu menyingkir, kesadaran menyergapnya. Burung tak boleh dipersalahkan atas nyanyiannya. Toh itu nyanyian alam, yang sudah menjadi garis kaki dan takdirnya. Dan klimaksnya berada di bait akhir, “dan jelas saja ini suatu kesalahan, bila kuingin membungkam semua nyanyian.”

Dan kalimat akhir ini juga menyadarkanku akan banyak hal. Tentang teman yang tak pernah berhenti bergerak, aku ingin membuatnya diam dan tenang. Tetapi bukankah itu ekspresi dirinya? Caranya menciptakan keunikannya. Bukankah membuatnya diam dan tenang mirip-mirip membungkam semua nyanyian?

Terhadap Ahok yang selalu berbicara blak-blakan, aku ingin dia lebih sopan. Lebih santun, pikirku. Tapi bukankah itu memang gayanya? Gaya komunikasi yang mungkin memang tidak dapat diubah? Hanya karena aku tidak suka, lantas aku memaksanya berubah, lalu melarangnya. Lalu apa bedanya aku dengan subjek di dalam puisi, yang hanya karena merasa terganggu, lantas membungkam nyanyian si burung yang hinggap sebentar di samping rumah?

Puisi ini sepertinya mengajak kita untuk merenung. Meminta kita untuk menerima kebhinekaan. Mengajari kita untuk menghormati dan menikmati perbedaan, dan menempatkan suka atau tidak suka di nomor belakangan. Sebab, perbedaan adalah suara alam, yang hendaknya tak pernah dibungkam.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 comments

comments
2 January 2021 at 08:49 delete

Puisi robert banyak mengandung hikmah didalamnya.

Reply
avatar