Puisi Sonnet II karya Pablo Neruda serta Terjemahan

Pablo Neruda, salah seorang penerima Nobel Sastra, adalah seorang penulis besar, yang oleh Gabriel Garcia Marquez dianggap sebagai penyair terbesar abad ke-20 dalam bahasa apa pun.

Konon, si penyair huruf kecil (M Aan Mansyur) juga terpengaruh penyair satu ini.

Salah satu puisi yang sangat saya suka adalah Sonnet II. Yuk kita simak puisi berikut ini:

Love, how many roads up to a kiss
what wandering loneliness until your company!
Alone trains still running with the rain.
Spring doesn’t dawn yet in Taltal.
Cintaku, berapa banyak jalan demi satu kecupan,
betapa sering tersesat sepi sebelum kutemukanmu!
Kereta sendiri melaju bersama deras hujan.
Musim semi tak kunjung tiba di Taltal.

But you and me, my love, we are together,
together from clothes to roots
together of fall, of water, of hips,
until become only you, only me together.
Tapi kau dan aku, cintaku, kita bersama,
bersama dari pakaian hingga perakaran,
bersama di musim gugur, di air, di pinggul,
hingga hanya kau, hanya aku, bersama.

To think that it cost so many stones that carry the river
the river mouth of water in Boroa
Thinking that trains and nations separate us
You and me had to just love us,
with all mixed, with men and women,
with the land that implements and educates carnations.
Bayangkan betapa banyak bebatuan demi alirkan sungai,
mulut sungai yang penuh air di Boroa;
Bayangkan betapa kita dipisahkan kereta dan bangsa
Kau dan aku hanya perlu saling mencinta,
dengan semua yang terbaur, lelaki atau wanita,
dan bumi yang menghidupkan dan menyemai anyelir.

Puisi ini memang tidak mengikuti pakem puisi klasik yang harus menyesuaikan diri dengan rima tertentu, dan jumlah baris yang sama pada setiap bait atau stanza. Meskipun begitu, kita bisa merasakan betapa puisi ini memang indah.

Menurut saya pribadi, puisi ini bercerita tentang pengorbanan yang harus dilakukan seorang pecinta demi sesuatu yang dicintainya. Betapa panjang jalan yang harus dilalui demi satu kecupan. Betapa sering si pecinta harus tersesat hanya demi menuju lokasi tempat orang yang dicintainya.

Dan ya si pecinta tidak pernah menyerah. Dia terus tancapkan pijakan untuk terus berjuang. Sebab, sejatinya keduanya tak pernah terpisah. Keduanya terus bersama. Baik dari sisi lahir atau batin. Yang bisa kita tilik dari baris "together from clothes to roots" yang saya terjemahkan menjadi bersama dari pakaian hingga perakaran.

Sederhananya, puisi ini hendak mengajari kita. Seberapa banyak jalan yang harus ditempuh dan seberapa sering seseorang tersesat, dia tidak akan pernah goyah. Selama, keduanya saling mencinta.

Kira-kira itulah kesimpulan sederhana saya tentang puisi Sonnet II karya Pablo Neruda ini.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »