Puisi - When I Die/Saat Maut Menjemput (Mawlana Jalaluddin Rumi) - versi 2



Saat aku mati
saat kerandaku
dipapah keluar
kau jangan pernah berpikir
aku merindukan dunia

jangan menangis
jangan ratapi atau
menyesal
i
aku tidak sedang jatuh
ke dalam neraka kelam


saat kau lihat
jenazahku ditandu
jangan tangisi kepergianku
aku tidak pergi
aku justru tiba di keabadian cinta

saat kau tinggalkan aku sendiri
di pusara
jangan ucapkan selamat tinggal
ingatlah bahwa makam
hanya seuntai tirai
di baliknya tersibak surga

kau hanya akan melihat
aku diturunkan ke liang lahat
lihat
lah sekarang aku bangkit
bagaimana bisa
ada akhir
saat matahari terbenam atau
bulan menuju peraduan

sepertinya dunia tamat
seakan-akan matahari lenyap
tetapi itu hanya awal fajar
saat kuburan menghimpit
saat itulah jiwamu terbebaskan

pernahkah kau lihat
benih jatuh ke tanah
lalu tidak membawa kehidupan baru
mengapa kau ragu
sebulir benih bernama manusia
itu

pernahkah kau lihat
timba diturunkan ke sumur
terkerek dalam kondisi kosong
lalu mengapa kau ratapi jiwa
saat dia bisa kembali
seperti Jusuf keluar dari sumur

saat terakhir kali
kau menutup mulutmu
kata dan jiwa
akan menjadi milik dunia
tanpa dimensi ruang dan waktu


Setelah terbit versi pertama, lalu ada koreksi dari salah satu teman. Kata-katanya terlalu berbunga-bunga, ujarnya. Saya tersenyum, lantas berjanji untuk membuat versi kedua.

Bolehlah dikomentari... Namanya juga belajar.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

3 comments

comments
15 March 2016 at 17:28 delete

yang ini lebih mengena :D :D

Reply
avatar
11 August 2018 at 17:34 delete

Sya tdk mengerti maksudnya?

Reply
avatar
31 August 2021 at 18:32 delete

Sama bagusnya

Bahasa untuk puisi sepertinya memang halus versi 1
Mungkin untuk kuali lebih tepat sunur

Bagus, terima kasih

Reply
avatar