Setelah menulis Sebatang Kara tapi Tak Lantas Menderita, kulihat lagi sound track film Dear Evan Hansenn. Puas melihat dan mendengar lagunya, sebagaimana biasanya, kulihat lagi berbagai komentar. Ada satu komentar yang menarik perhatian. Komentar tersebut ditulis Sophia:
Hi. I’m a 13 year old girl and I feel lost. I
started developing symptoms of depression and social anxiety at the beginning
of 2019, due to my sister’s suicide attempts. It developed, until I eventually
started to experience thoughts of suicide. I want to disappear, but when I’m on
that edge - I keep getting reminded that I’m not alone in this, even though my
mind always tricks me into believing that nobody cares about me. But, deep
down, I know they do. You’re not alone, none of us are. Whoever you are - I
love you.
Update: I finally asked for help and will start
therapy as well as taking medication! It took me almost 3 years to ask for
help, but it is so worth it! Also, thank you for all of the lovely replies,
they’ve really helped me keep going! :)
Bila
diterjemahkan, kira-kira begini terjemahannya:
Halo.
Saya seorang gadis yang berusia 13 tahun dan merasa tersesat. Saya mulai merasakan
gejala depresi dan kecemasan sosial pada awal 2019 karena saudari saya mencoba
bunuh diri. Gejala itu terus memburuk hingga muncul pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Saya ingin menghilang. Saat berada di tepi itu, saya terus
diingatkan bahwa saya tidak sendirian. Namun, pikiran selalu memperdaya dan
mendorong untuk percaya bahwa tidak ada yang peduli terhadap diri saya. Jauh di lubuk hati, saya tahu mereka peduli
dan sayang. Anda tidak sendiri, tidak ada satu pun orang yang sendirian. Siapa pun
kamu, aku mencintaimu.
Kabar
terbaru: Saya akhirnya meminta bantuan dan memulai sesi terapi serta minum
obat! Butuh hampir 3 tahun untuk meminta bantuan. Jelas, bantuan itu sangat berharga! Selain
itu, terima kasih atas semua balasan yang indah. Balasan kalian benar-benar
membantu saya untuk terus maju! :)
Gejala
seperti ini unik karena setiap orang merasakan campuran pikiran yang
berbeda-beda, dan bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Unik, tetapi banyak orang mengalaminya. Cuman, tidak banyak yang secara
terang-terangan mengakuinya dan menuliskan di depan publik.
Dalam
lagu yang ditulis indah ini, penyelesaiannya ditulis dengan sangat sederhana.
Membiarkan sinar matahari menembus pori-pori hati.
Yuk,
kita lihat cuplikan liriknya di bawah ini:
Even when the dark comes crashing through
When you need a friend to carry you
And when you're broken on the ground
You will be found
So
let the sun come streaming in
'Cause you'll reach up and you'll rise again
Lift your head and look around
Bahkan jika kegelapan menerjang
Jika kau butuh sahabat untuk membuatmu bangkit
Dan jika kau terjerembab
Kau akan ditemukan
Biarkan sinar matahari menembus
masuk
Karena akan kau gapai dan bangkit lagi
Dongakkan kepala dan lihat sekeliling
Caranya pun ditulis dengan sangat simpel. Membiarkan
sinar matahari menembus pori-pori hati. Kadang, yang sulit dari orang yang
mengalami masalah kesendirian dan kesepian, sepengalaman saya, adalah menutup diri dari orang lain. Tidak ada yang tahu. Dia mengelilingi dirinya dengan
asumsi-asumsi, yang kadang tak berdasar. Pikiran-pikiran sendiri kadang jadi
bui, yang justru menghambat masuknya sinar matahari.
Di
situlah peran seorang sahabat. Seorang kawan. Seorang teman. Seorang rekan.
Seorang saudara. Dan orang tua. Mereka perlu membuka batu kecil di
tembok-tembok batu yang dipasang dengan sangat kuat oleh orang yang kesepian. Batu
kecil itu akan membuat sinar matahari masuk. Dan orang yang kesepian perlu
membiarkan cahaya matahari masuk melalui lubang-lubang hati yang sudah terbuka. Dan pada waktunya,
keduanya bisa perlahan mendobrak bersama tembok-tembok mental tersebut.
Pada
akhirnya, kita hanya manusia. Yang membedakan dengan hewan, kemampuan kita
berkomunikasi, menjalin emosi, dan membentuk hubungan kuat. Pada akhirnya, kita
perlu menjahit semua memori itu agar kuat menentang badai. Agar kesepian tak
perlu merongrong harta kita yang paling berharga: kemanusiaan, hubungan, harapan,
masa depan, dan...
Aku
pun pernah merasakan momen-momen gelap ketika seakan harus terus-menerus membuktikan
diri. Terus menerus memanfaatkan mekanisme pertahanan diri. Untunglah,
ketika itu dipertemukan dengan orang-orang hebat.
Photo by Chang Duong on Unsplash |
Saat
pertama ke Malang, aku dipertemukan dengan Nur Abidin, yang selalu baik hati
dan tulus membantuku bangkit ketika sedang jatuh. Dipertemukan dengan Faiz,
yang selalu mendorongku untuk jadi lebih baik daripada kemarin. Dipertemukan
dengan Yahya, yang selalu mengajariku bahwa kita bisa berjuang keras sekaligus
tertawa lepas. Dipertemukan dengan Hadaruddin, yang tekadnya sekokoh baja. Dipertemukan dengan Fidi, yang selalu siap mendengar keluh kesah dan membuatku merasa tidak sendirian.
With
you, I am always found... thank you