SuperTeam itu Harus Super

Beberapa waktu lalu, saya sempat bertemu seorang konsultan ISO asal Surabaya. Perawakannya tegak dan berbaju rapi khas konsultan. Bahasa Indonesianya bercampur bahasa Jawa Suroboyo-an, yang ya antik itu. Pak David namanya.

"Tugas ini siapa yang mengerjakan?" dia menatap tajam sambil melihat tugas yang sedang kami kerjakan.

"Semua orang Pak"

"Semua orang?" intonasinya lebih serius, lalu menyeringai.

"Ya, budaya kami memang gotong royong Pak"

"Gotong royong itu bagus. Tapi bisa jadi tidak efektif. Untuk organisasi modern, kurang efektif itu Pak" jawabnya.

"Itu mirip dengan "Story of Somebody".

"Story of Somebody di luar sana, maksudnya Pak?"

"Bukan" sergahnya tegas lalu menunjukkan cerita di bawah ini.

Story of Somebody

This is a story about four people named Everybody, Somebody, Anybody and Nobody. There was an important job to be done and Everybody was sure that Somebody would do it. Anybody could have done it, but Nobody did it. Somebody got angry about that, because it was Everybody’s job. Everybody thought Anybody could do it, but Nobody realized that Everybody wouldn’t do it. It ended up that Everybody blamed Somebody when Nobody did what Anybody could have.

Saya pun mencoba menerjemahkan cerita ini ke dalam bahasa Indonesia.

Inilah kisah tentang empat orang. Masing-masing bernama: Setiap-orang, Seseorang, Sembarang-orang, dan Tak-seorang-pun. Ada tugas penting yang perlu dituntaskan dan Setiap-orang yakin Seseorang akan melakukannya. Sembarang-orang bisa melakukannya, tetapi Tak-seorang-pun melakukannya. Seseorang marah akibat kondisi itu karena itu memang tugas Setiap-orang. Setiap-orang merasa bahwa Sembarang-orang bisa melakukannya. Namun, Tak-seorang-pun sadar bahwa Setiap-orang tidak akan melakukannya. Akhirnya, Setiap-orang menyalahkan Seseorang saat Tak-seorang-pun melakukan apa yang semestinya bisa dilakukan Sembarang-Orang.

Apa maksud cerita ini?

CMIIW, cerita ini mengingatkan para manajer atau orang-orang di organisasi bahwa gotong royong itu kadang tidak efektif diterapkan di dalam organisasi, baik itu organisasi laba, nirlaba, maupun sosial.

Apa sebab?

Karena tidak ada pembagian tugas yang jelas, sehingga "Setiap-orang yakin Seseorang akan melakukannya." Namun, tidak ada yang melakukan tugas itu. Tugas itu terbengkalai dan akhirnya semua orang saling mencari kambing hitam.

Solusi?

Harus ada pembagian tugas yang jelas. Harus ada spesifikasi tugas alias planning, harus ada sumber daya (organizing), harus ada proses dan deadline penyelesaian tugas (actuating), dan harus ada pengawasan dan evaluasi atas efektivitas tugas yang dikerjakan (controlling).

Hehehehe, saya jadi merasa tersindir sendiri. 


Photo by Josh Calabrese on Unsplash

Jadi, SuperTeam pun harus jelas pembagian tugasnya agar superteam harus tetap super. Super dalam perencanaan, super dalam pengorganisasian, super dalam eksekusi, dan super dalam pengawasan.

 

 


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »