Kejelasan: Sederhana Tapi Jarang Diberikan

Dalam perjalanan pulang dari Jombang ke Malang hari Sabtu lalu, ada dua perempuan berboncengan dengan sepeda Beat berplat AG. Yang duduk di belakang berbaju abu-abu, dan berjilbab. Yang depan berbaju biru dan berkerudung krem.
 
Keduanya tampak baru pertama kali lewat jalan alternatif Kasembon – Ngantang - Batu. Ada yang kontras: si pengemudi sibuk mengendalikan laju sepeda motor. Si boncenger sibuk mengeluarkan smartphone Android-nya untuk merekam pemandangan sekitar.
 
Dan di belakang mereka, saya sibuk menjaga jarak dan memperhatikan tindakan muskil mereka. Sesekali, sepeda motornya ada di tengah. Lalu, beberapa detik kemudian menyamping hendak keluar dari bahu jalan. Dalam Sebagian besar jalan, posisi sepeda motor mereka di tengah.
 
Mengapa tidak saya salip saja?
 
Ya, karena cara berkendara mereka tak stabil. Ada kalanya di pinggir. Ada kalanya di tengah. Kadang mengerem mendadak, lalu mengerem terlalu awal. Saat saya pencet klakson, mereka kian ke tengah.
 
Cara berkendara yang serampangan itu membuat saya tidak bisa memutuskan apakah harus menyalip, di mana, dan kapan menyalipnya.
 
Untunglah beberapa saat kemudian ada jalan lurus yang lebih lebar. Di titik itu saya bisa menyalip.
 
**


Pada suatu kesempatan, saya pernah dicurhati salah satu teman. Ia dekat dengan seorang perempuan, sudah agak lama.
 
Ia merasa perempuan itu juga menaruh rasa karena si perempuan memberinya rasa nyaman. Hanya, kadang-kadang tiba-tiba si perempuan ini dekat dengan lelaki lain. Kadang cuek. Kadang tidak memberi kabar.
 
Ia pun dibuat galau dan bingung. Sebab, ia tak bisa mengambil keputusan untuk langkah berikutnya.
 
Betul, namanya di-ghosting.
 
Kedua peristiwa ini mirip. Ya, tak ada kejelasan. Ketika tidak ada kejelasan, kita pun sulit mengambil langkah. Kita tidak tahu harus bagaimana.
 
Bila dalam kehidupan biasa saja begitu, apalagi di dalam organisasi atau tempat kerja. Penting sekali untuk memberikan kejelasan agar orang tahu apa yang harus dilakukan. Tak bingung dan tak galau.
 
Kecuali?
 
Kecuali memang kita memang mau menyiksa dan menyulitkan orang lain. Memang ada?

 
 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »