Manusia Bertelur Emas

Pada suatu pelatihan di sebuah internal perusahaan, seorang narasumber berbicara tentang make your employees happy and they will make your clients happy. Artinya, bahagiakan para karyawanmu agar mereka membahagiakan para klien. Intinya, kebahagiaan karyawan adalah kunci untuk menjaga kelangsungan bisnis.
Dalam kesempatan lain, Vala Afshaar menulis "start from employee experience before customer experience". Artinya, mirip-mirip dengan istilah di atas. Kebahagiaan karyawan dan orang yang bekerja dengan kita harus didahulukan.
Jadi, menurut si pembicara tersebut, salah satu tugas utama manajemen adalah memastikan para karyawannya bahagia. Dengan begitu, para karyawannya akan melayani dan menunaikan tugas dengan sangat senang.
Cerita ini mengingatkan saya pada cerita tentang kisah telur emas, yang konon berasal dari zaman Yunani.

Kisah Telur Emas

Pada suatu masa, hiduplah sepasang suami istri yang miskin. Meskipun begitu, mereka berpikir untuk mencari usaha. Mereka pun membeli seekor ayam betina. Karena ayam betina itu salah satu harta paling berharga, mereka merawatnya secara sangat baik. 
Suatu ketika, pasutri tersebut ingin membelikan pakan untuk si ayam betina. Sayangnya, tak ada sepeser uang pun untuk membeli pakan. Mereka sedih, tetapi apa yang harus dilakukan.
“Aku akan coba bertelur agar mereka bisa membeli pakan” pikir si ayam betina setelah sehari sebelumnya kawin dengan salah satu ayam jantan. 
Hari itu, si ayam betina memutuskan bertelur. Ternyata, telur bukan sembarang telur, tetapi telur emas. Pada pagi hari saat memeriksa kadang, mereka kaget bukan kepalang. Setelah berterima kasih pada si ayam, keduanya berangkat untuk menjual telur emas tersebut.
Mereka mendapatkan banyak uang dari telur emas tersebut. Mereka menghabiskan uang itu untuk kebutuhan hidup mereka dan pakan.
Melihat majikannya senang, si ayam betina ikutan senang. Hampir setiap hari ia bertelur.
Pasutri itu pun menjadi kaya raya. Mereka tak perlu susah-susah mencari uang. Stok makanan mereka melimpah dan lezat.
“Semua kekayaan ini berkat telur emas ayam kita. Dia wajib bertelur tiap pagi. Ya, agar kita tak melarat lagi,” ucap sang istri.
Kian hari, mereka kian boros. Mereka menghambur-hamburkan uang yang diperoleh dari telur emas. Namun, mereka lupa memperhatikan ayam betina mereka. Ayam itu jarang diberi pakan.
“Kalian tak tahu diuntung. Aku bertelur emas setiap hari. Namun, kalian hamburkan. Kalian juga lupa padaku” dengus si ayam betina yang jengkel. “Besok kuputuskan, tak mau bertelur lagi” sambungnya.
Keesokan harinya, si ayam betina benar-benar tak bertelur. Begitu pun setelahnya. Pasutri itu cemas. Uang mereka juga kian menipis. Yupz, lebih besar pasak daripada tiang.
Pasutri itu pun kembali miskin. Mereka pun marah dan kesal.
"Tugasmu itu bertelur setiap hari agar kami tak miskin lagi!” dengus sang suami.
“Dasar ayam bodoh,” umpat sang istri dengan nada tinggi.
“Kita potong saja ayam itu. Pasti banyak telur emasnya di dalamnya” balas suaminya.
Mata sang istri berbinar setelah bersepakat untuk menyembelih ayam tersebut. Ternyata tak ada telur emas di dalamnya. Mereka tentu saja sangat kecewa. Setelah si ayam mati, mereka tak bisa berharap lagi. Itu semua karena ketamakan dan lupa membalas jasa.
Photo by Bofu Shaw on Unsplash
Hikmah
Kisah ini sering sekali diceritakan setiap kali ada sesi tentang manajemen sumber daya manusia. SDM bervariasi. Ada SDM yang kinerjanya sangat bagus, tetapi bekerja di bawah radar. Ada SDM yang kinerjanya biasa saja, tetapi sangat lihai menunjukkan seakan-akan hasil kerjanya jempolan. Ada SDM yang kinerjanya di bawah standar tetapi pintar mengambil hati.
Tugas manajemen adalah mengidentifikasi orang-orang tersebut. Tujuannya, SDM bisa memberikan pakan dan gizi yang seimbang kepada SDM bertelur emas. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »