Dalam hidup, sering kali kita terjebak dalam tarik tambang emosi. Ego saling beradu, argumen saling berbenturan, dan emosi memanas. Pada momen-momen semacam ini, kita cenderung ingin menang, ingin diakui benar, atau ingin tetap tegak tanpa mundur sesedikit pun.
Namun, seperti dalam tarik tambang, kekuatan sejati justru sering ditemukan saat kita memilih untuk mundur. Mengalah bukan kalah, justru menang. Saat kita mundur, kita memberikan ruang bagi ketenangan untuk mendinginkan, bagi pemahaman untuk berkembang, dan bagi hubungan untuk dibenahi.
Dengan mengalah, kita melihat gambaran besar, menghargai perspektif lain, dan menjaga harmoni. Kadang, kemenangan terbesar adalah menjaga hati tetap tenang dan membangun jembatan, bukan tembok.
Itu yang kupelajari beberapa waktu lalu.