Yuyu yang Tak Pernah Kerja Bakti - Entri Jurnal #19

“Lha kerja bakti gak pernah. Urunan gak ikut. Konsumsi gak pernah nyumbang. Eh sukanya nyacat saja hasil kerja bakti orang” kata Temin. “Lha gitu itu malah bikin orang gak semangat. Wegah aku” tutupnya.

Ia lantas menyebut salah satu kegiatan kerja bakti yang baru saja kami laksanakan. “Lha itu di depan rumahnya sendiri gak keluar untuk ikut bantu” simpulnya kemudian.

“Iya memang gak enak orang-orang kayak gitu ya” ujarku berusaha menenangkan.

Itulah keluhan salah seorang warga. Tak hanya Temin yang bercerita pengalaman serupa. Banyak lagi lainnya. Kita banyak menemui oknum exploiter semacam itu. Di organisasi laba pun begitu, apalagi di organisasi kampung.

Eksistensi Terancam

Saya jelaskan kepada Temin bahwa ada beberapa kemungkinan penjelasan atas fenomena semacam ini. Salah satunya ada di salah satu podcast.

“Diobrolkan di situ, beberapa orang merasa terancam eksistensinya saat ada orang yang lebih hebat daripada dia. Orang yang bekerja lebih keras daripada dia. Orang yang terlihat lebih baik di mata masyarakat” kata saya. Temin berupaya mendengarkan.

“Akhirnya, orang-orang semacam ini berupaya mendegradasi nama baik orang tersebut. Caranya ya dengan “nyacat” hasil pekerjaan tadi. Ia cari semua kesalahan, bahkan sekecil apa pun itu jadi masalah.”

“Kalau gak nemu?”

“Bila tak ada kesalahan, ia cari kesalahan pada orangnya. Pada niatnya. Apa pun lah.”

“Jadi, dia akan selalu mencoba mengangkat namanya dan menjatuhkan orang lain biar eksistensinya diakui.”

“Hooh, mungkin saja. Ia mengalami insecurities.”

“Apa itu?”

“Rasa khawatir dan tidak percaya pada diri sendiri. Ketika ada orang yang tampil lebih baik, ia lantas merasa semakin terperosok ke dalam jurang keminderan yang semakin lama bisa semakin dalam.”

Yuyu Mentality

Biasanya Min, kata saya, sebelum nyacat tadi, biasanya dia akan mendorong orang lain untuk menjadi seperti dirinya. Dia tarik orang lain yang hendak maju atau hendak memajukan diri dan orang lain.

Fenomena ini mirip dengan crab alias kepiting.

Ceritanya: crab ditaruh di dalam satu ember besar. Lalu, dikasih semacam alat agar si kepiting bisa keluar dari ember tersebut. Setiap kali ada kepiting yang hendak keluar dari ember, kepiting tersebut dijepit atau dihambat untuk keluar.

Itulah crab mentality. Mentalitas tidak mau melihat orang lain maju.

Thus, bila ada yang hendak maju ia tarik saja.

“Kenapa kok kepiting? Kok gak yuyu saja” tanya Temin.

“Iya juga ya”



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
$-)
(y)
(f)
x-)
(k)
(h)
cheer