"Iki mung ngenteni sampeyan tok Pak" (Bahasa Indonesianya: Ini cuman menunggu sampeyan Pak) yang disertai foto makanan untuk konsumsi kerja bakti.
Intinya: saya ditunggu untuk ikut makan konsumsi itu. Hari Ahad itu memang kami sedang mengadakan kerja bakti. Karena ada acara yang tidak bisa ditinggal, saya pun pamit tidak bisa lanjut kerja bakti.
Di tengah perjalanan itulah saya mendapat WA tersebut. Lalu, saya balas untuk lanjut makan dan tidak perlu menunggu karena agenda saya masih lama. Hati saya sumringah.
Pesan WA sederhana itu mengingatkan saya pada podcast Bagus Mulyadi dan Sabrang. Diceritakan di situ bahwa sejatinya di dunia kita harus punya makna atau meaning.
Makna itu sederhananya signifikansi kehadiran dan kontribusi kita di dunia. Apakah dunia akan kehilangan "sesuatu" bila kita tidak ada? Apakah kita akan dirindukan sepeninggal kita?
Itulah makna.
Misalnya saat seorang atasan keluar dari sebuah organisasi, apakah dia akan dirindukan oleh organisasinya? Apakah tinggalan-tinggalannya akan berkesan dan bermanfaat bagi penerusnya?
Dan di situlah saya merasakan makna saat saya ditunggu dan dinanti.
Adakalanya saya ditunggu dan dinanti... Dan fokus kita untuk berkontribusi rasanya di tempat makna kita dirasakan dan dirayakan, bukan di tempat kita taken for granted.