Karena Pantulan Itu Luka, Ucap Pemuda Itu

source: en.wikipedia.org/wiki/Narcissus_(mythology)
Tiresias didatangi oleh peri Liriope, dengan tergesa-gesa. Sang peri membawa serta anak hasil perkawinannya dengan dewa sungai Cephisus. Wajahnya pucat pasi. Terlihat benar kekhawatiran menggelayut di raut wajahnya yang entah mengapa tetap terlihat muda, meskipun sudah larut dimakan usia.

Nasib anak semata wayangnya membuatnya cemas sejauh ini. Seperti halnya anugerah lain, ketampanan anaknya bisa mengundang musibah, itu sumber ketakutannya. Dia takut anugerah itu mencabut usia anaknya itu lebih cepat.

“Jangan khawatir. Dia akan hidup lama, kecuali dia mengenal dirinya” ucap Tiresias sambil memegang tangan anak itu beberapa saat kemudian. Kepalanya sedikit mendongak ke atas. Wajahnya datar. Matanya menatap kosong, ah mungkin menerawang. Raut wajah Tiresias menyiratkan dia tahu akhir hidup anak itu. Tapi dia enggan memberi tahu.


Lalu dididiklah anak itu seperti biasanya oleh Liriope. Dijauhkannya puja-puji dan pantulan-pantulan dari anak itu.

Semakin beranjak dewasa, semakin banyak orang yang menyenangi si pemuda ini. Rupa memikat ditambah sikap cuek sarkastis mengundang rasa penasaran banyak makhluk.

Ketika berjalan menyusuri hutan, banyak peri terpukau. Tapi semuanya ditepis secara kasar. Layaknya pemuda rupawan yang dikejar banyak orang, dia tak hendak, sepertinya tak berkenan untuk memilih salah satunya.

Gara-gara ulah si pemuda banyak peri mati penasaran. Kau tahu, peri hanya jatuh cinta sekali. Setelah itu dia mati. Dan pemuda ini, dengan segala kasar penolakannya sudah menciptakan kegemparan baru. Kegemparan yang belum pernah terjadi di dunia peri.

Tahu sedang dikejar banyak makhluk, dia nekat menuju hutan angker. Hutan itu konon dijaga oleh peri menakutkan, yang tidak memperkenankan siapa pun memasuki hutan nirwana. Sebab, hutan itu adalah detak jantung yang mengalirkan energi ke seluruh hutan semesta, seperti halnya jantung pada tubuh manusia.

Apa daya, si peri seram juga peri biasa. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama, pada pemuda yang baru dilihatnya itu. Diperkenankan si pemuda itu masuk. Meskipun terpaksa keluar pada percobaan pertama, si pemuda mencoba masuk kembali lima tahun kemudian.

Si peri seram yang mati-matian menampakkan rupa paling menakjubkannya pun ditolak oleh si pemuda ini. Ditolak pada upaya pertama. Peri seram penjaga hutan sakit hati tak terperi. Jagat raya gempar. Si peri melarikan diri dari tugas, dan lantas memilih gunung-gunung sunyi untuk menyepi (kisahnya klik di sini).

Si pemuda yang kelelahan dan kehausan itu kemudian menepi di suatu sumber mata air jernih. Dia hendak meminum dari sana. Belum sempat dia mengambil air, dia terpesona oleh sesosok makhluk rupawan yang berada di dalam air.

“Hai kamu ke sini. Siapa namamu” tanyanya girang. Senyumnya merekah. Belum pernah dilihatnya makhluk semempesona itu. Wajahnya sumringah.

Makhluk itu tak menjawab. Hanya meniru gerakan bibir si pemuda. Rasa hausnya perlahan berganti rasa penasaran yang teramat sangat. Dia terus menyapa, tetapi makhluk itu tidak mengeluarkan suara apa-apa. Dia tampaknya jatuh cinta pada pantulannya sendiri. Pada bayangannya sendiri.

Sedih dan putus asa, si pemuda itu menangis. Air matanya menetes perlahan ke sumber air, dan menciptakan riak yang meniadakan rupa makhluk bawah air itu. Dia semakin sedih saja.

“Jangan pergi” ucapnya sambil menjulurkan tangan ke sumber mata air. Air pun makin keruh, dan makhluk bawah air itu semakin lenyap. Si pemuda itu lantas mengejar, lalu tercebur ke dalam mata air. Sialnya, dia tidak bisa berenang.

Itulah akhir dari hidup si pemuda peri tampan. Dia meninggal setelah melihat rupanya sendiri pada pantulan air. Mengenal dirinya, dan jatuh cinta pada pantulan wajahnya sendiri.

Dan sesuai dugaanmu, si pemuda peri itu bernama Narsissus.

Si peri penjaga hutan itu bernama peri Gema.

Konon, Narsissus akan hadir kembali pada suatu waktu. Saat makhluk terlalu mengagumi dirinya sendiri dalam pantulan, maka saat itu Narsissus hadir untuk mengingatkan: Engkau akan mati tragis dalam sepi hari, bila engkau terlalu mengagumi dirimu sendiri.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »