Diari Syukurku #1: Ajari Aku Bersyukur

Ya Allah, di keheningan siang yang berawan ini, hatiku menghangat saat teringat akan keluarga—dermaga teraman yang Kau titipkan sebagai tempatku pulang. Engkau juga hadirkan di sisiku para sahabat dan jiwa-jiwa baik, yang genggaman tangannya menjadi penopang kala langkahku terasa goyah. Senyumannya secercah harap kala dunia terasa gelap.

Aku menunduk dalam syukur, bahkan untuk setiap ujian yang Kau izinkan mampir. Di dalam getirnya, Kau tunjukkan di mana letak rapuhku dan kurangku, dan dari sanalah Kau tuntun aku meniti jalan sunyi menuju kedewasaan. Kematangan yang perlahan kusadar.

Terima kasih untuk rezeki yang Kau alirkan. Ada kalanya ia datang melimpah, ada kalanya terasa pas, namun tak pernah kurang. Selalu ada kecukupan dalam setiap takaran-Mu. Betapa sering aku lupa mensyukuri nikmat sehat yang membuatku mampu berdiri hari ini, atau kesempatan berharga untuk belajar dari reruntuhan kegagalan. Terima kasih untuk tawa-tawa sederhana yang tiba-tiba datang, membasuh hati yang penat dan menenangkan jiwa.

Maka, ajarilah aku, ya Allah, untuk selalu menemukan kebaikan-Mu yang tersembunyi di balik setiap peristiwa, bahkan di dalam luka yang terasa begitu pedih sekalipun. Bimbinglah hati ini untuk senantiasa rendah hati, untuk melapangkan dada menerima setiap takdir-Mu, dan untuk menenun kesabaran di sepanjang helaan napas.

Hari ini, aku ingin memulai dengan kesadaran penuh: untuk memeluk erat apa yang ada, merayakan keindahan dalam hal-hal yang sederhana, dan berjanji untuk menanam kebaikan, sekecil apa pun itu.

Karena aku sadar, hidup ini hanyalah sebuah persinggahan singkat. Sependek helaan napas. Dan bekal terindah untuk perjalanan pulang menuju-Mu, tiada lain adalah rasa syukur yang tulus dari seorang hamba.

Dan aku sedang belajar

Share this

Related Posts

Latest
Previous
Next Post »