Diari Syukurku #5: Jauh Wangi, Dekat Bau Tai

Miris sebenarnya ketika melihat video seorang dosen UIN Malang yang berseteru dengan tetangganya. Persoalan yang seharusnya cukup diselesaikan di lingkup RT kini menjelma menjadi tontonan nasional. Cercaan dan hinaan mengalir deras, tak terbendung. Video-video lamanya pun satu per satu dikorek, dipertontonkan, seolah membuka kembali luka yang mestinya bisa disembuhkan dengan cara sederhana: duduk bersama dan mengobrol.

Saya sendiri tinggal di kampung yang warganya datang dari latar belakang berbeda-beda. Ada yang serba cukup: mobil mengkilap, rumah megah, dapur penuh persediaan hingga berbulan-bulan ke depan. Ada pula yang hidup pas-pasan: rumah sederhana, tak punya kendaraan, tetapi selalu punya keluarga dan saudara untuk dijadikan sandaran.

Keragaman semacam ini bisa jadi pisau bermata dua. Ia bisa menimbulkan gesekan, ibarat duri dalam daging. Namun, ia juga bisa menjadi kekuatan, penopang kebersamaan yang membuat hidup lebih hangat. Semua tergantung bagaimana cara kita memaknainya.

Di kampung saya, untunglah yang sering tampak adalah wajah kebersamaan itu. Mereka yang mampu kerap memberdayakan yang butuh bantuan. Ada yang membeli dagangan tetangga, ada yang meminta pertolongan tenaga, ada pula yang sekadar berbagi makanan. Sederhana, tapi bernilai.

Malah, kami sering lebih memilih membeli barang atau jasa dari tetangga, meski harganya sedikit lebih mahal. Karena kami tahu, ketika musibah datang, tangan pertama yang terulur pasti tangan tetangga. Orang jauh hanya mencium wangi, tapi orang dekatlah yang lebih dulu mencium bau busuknya. Istilah gampangnya: Jauh Wangi, Dekat Bau Tai. Ya, diusahakan itu memang penting dalam tingkatan hubungan apa pun.

Pada akhirnya, kampung mengajarkan satu hal: keberagaman bukan masalah. Yang masalah adalah ketika kita lupa bahwa tetangga adalah lingkaran pertama dari siapa kita. Jika lingkaran pertama ini retak, maka retakan itu bisa menjalar ke mana-mana. Sebaliknya, bila lingkaran ini kokoh, ia akan jadi perisai yang melindungi kita dari derasnya hujatan dunia luar.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »