Diari Syukurku #11: Kasih yang Pilih-Pilih

Beberapa waktu lalu, aku menonton video singkat yang menarik. Di video itu, diperlihatkan banyak orang di negara Barat yang berupaya keras menciptakan alat-alat canggih agar tupai tidak bisa mencapai tempat makan burung. Mereka menyebutnya bird feeder

Fenomena ini menunjukkan sebuah ironi: mereka senang memberi makan burung, tetapi di saat yang sama, mereka mati-matian menghalangi tupai. Sama-sama hewan, kan? Sama-sama liar.

Alasannya sederhana, burung hanya makan seperlunya, sementara tupai akan menimbun semua makanan yang ada.

Jika direnungkan, perbedaan sikap ini ternyata bukan hanya tentang hewan, melainkan refleksi dari cara pandang manusia. Burung dianggap sebagai tamu yang sopan: datang sebentar, membawa keindahan dan kicauan merdu, lalu pergi tanpa meninggalkan masalah. Sebaliknya, tupai dipersepsikan sebagai hewan rakus, cerdik, dan selalu ingin berkuasa. Singkatnya, burung melambangkan harmoni, sementara tupai melambangkan gangguan.

Fenomena sederhana di halaman rumah itu menyimpan pesan etis yang dalam tentang nilai-nilai sosial. Manusia cenderung lebih nyaman dan bersedia berbagi ruang dengan mereka yang tidak menuntut berlebihan, yang memahami batas kebutuhan, dan yang kehadirannya membawa manfaat. Mengusahakan pun pilih-pilih.

Sebaliknya, mereka yang serakah, selalu ingin menguasai, atau menimbulkan masalah akan cenderung dihindari. Sederhana saja, berbagi akan terasa lebih menyenangkan jika ada keseimbangan antara memberi dan menerima.

Kita bisa bertanya pada diri sendiri: dalam kehidupan ini, apakah kita lebih sering bersikap seperti burung atau tupai? Apakah kehadiran kita membawa ketenangan dan rasa cukup, membuat orang lain nyaman, atau justru kita selalu ingin menumpuk dan pada akhirnya dijauhi?

Pada akhirnya, tindakan memberi makan burung sambil menghalangi tupai dapat dibaca sebagai sebuah simbol. Manusia secara alami akan memilih untuk mendukung sikap yang membawa kedamaian dan menjauhi sifat yang menimbulkan keresahan. 

Ini adalah cermin dari sifat-sifat manusia itu sendiri, yang diekspresikan melalui interaksi dengan alam.

Duh, belajar lagi, kan?

Share this

Related Posts

Latest
Previous
Next Post »