Semalam, saya mendapat undangan paling santai dan paling berharga: ngopi bareng tetangga di kampung.
Kami berempat duduk melingkar di pendopo pondok sambil ditemani aroma pekat kopi Arjuno yang baru diseduh yang berpadu manis legit ubi Cilembu yang hangat mengepul. Ini adalah perjamuan yang sangat sederhana, tapi kaya rasa.
Di tengah kesederhanaan suguhan itu, obrolan kami mengalir tanpa batas. Kami bahas keamanan kampung, lalu meloncat cepat ke kabar terbaru dunia sepak bola. Tidak ada agenda, tidak ada yang terburu-buru. Hanya percakapan gayeng dari hati ke hati. Tak terasa waktu merayap, dan selepas kopi tandas, kami lanjut berkeliling kampung untuk ronda. Malam itu, semua berjalan aman, tenang, dan damai.
Mungkin, jika diceritakan, momen ini terdengar biasa saja, bahkan nyaris tidak ada yang istimewa.
Namun, justru di situlah letak keistimewaannya.
Bagi saya, kehangatan semacam ini adalah harta karun yang makin langka. Ini adalah bukti bahwa keguyuban—keakraban sejati—masih terjaga. Kami bisa bercakap-cakap tanpa sekat, tanpa perlu janjian formal, dan yang terpenting, tanpa intervensi layar ponsel.
Interaksi sehangat ini perlahan tergerus, tergantikan oleh hubungan yang serba praktis, bergeser menjadi sekadar urusan transaksi dan kepraktisan. Itulah mengapa hal-hal kecil, seperti ngopi santai di teras, ronda keliling, atau sekadar melempar canda ringan, patut dirayakan.
Yang sederhana ini sejatinya adalah kemewahan yang tersembunyi. Ia baru terasa sangat berharga ketika hilang; saat tetangga sibuk dengan urusannya masing-masing, saat setiap orang hanya fokus pada kendala, dan saat kita lupa bagaimana caranya merayakan kebersamaan. Jangan sampai kita baru menyadari nilainya ketika suasana hangat itu tinggal kenangan.
Apakah ini termasuk ibadah? Tentu saja. Ibadah ngopi.
Saya jadi teringat puisi Usman Arrumy yang berjudul Rukun Ngopi.
Rukun ngopi terdiri dari 6 perkara :
Pertama, bersuci dari sepi
Kedua, menggelar puisi
Ketiga, menghadap rindu
Keempat, mengheningkan cinta
Kelima, mengucapkan salam kepada kenangan
Keenam, mendo'akan keselamatanmu