Siang Ahad kemarin, cuaca Singosari benar-benar panas.
Matahari sedang tersenyum paling cerah. Langit sumringah sekali. Awan pun tak sanggup menahan senyumnya. Jadilah, suasana terasa sumuk sekali.
Lanjutannya? Tentu saja, beli es.
Saya pun berinisiatif. Tujuannya: mencari es teler. Konon, ini es teler paling legendaris di Singosari.
Saya cepat bersiap. Jaket hitam saya kenakan. Motor langsung saya nyalakan. Mulut saya rasanya sudah mengunyah es teler dingin itu. Sudah sangat ngiler.
Sesampainya di sana, antrean sudah panjang. Ibu-ibu berjejer rapi.
Saya lantas memesan. Saya sebut pesanan saya kepada si Ibu penjual. Ia tampak sibuk luar biasa.
"Sebentar, Pak ya," balasnya singkat.
Saya duduk menunggu. Sabar. Lima menit kemudian, si Ibu memanggil.
"Es krimnya habis, Pak."
Mendengar itu, saya langsung menjawab. "Tanpa es krim saja tidak apa-apa."
Si Ibu menatap saya. "Kami jualannya Es Teler Es Krim, Pak."
"Jadi, tidak bisa dijual?" tanya saya lagi.
"Iya, Pak. Maaf, ya. Aturannya begitu. Kami hanya jual es teler yang ada es krimnya. Kalau tidak ada, ya berarti tidak bisa kami jual."
Ia menatap saya lamat-lamat. "Maaf, Pak," ucapnya sekali lagi.
"Iya, tidak apa-apa," sahut saya. Padahal, rasa dongkol dan kecewa harus saya tahan.
Saat itu, saya memilih tidak marah. Biarlah hasrat mencicipi es teler ini tertunda. Keinginan yang ditahan seringkali terasa lebih manis saat akhirnya terwujud.
Tapi, ada hal yang lebih menarik.
Ibu ini hanya menjalankan suatu aturan kerat. SOP yang ia tetapkan sendiri. Dan saya salut sekali.
Ini UMKM kecil, tapi punya idealisme produk tinggi. Pikirannya tidak melulu soal uang, duit, dan fulus. Ia rela menolak pembeli—menolak rezeki—hanya karena produknya tidak sesuai spesifikasi.
Saya memang gagal mendapat es teler idaman. Namun, saya justru mendapat pelajaran berharga.
Di tengah persaingan sengit, setiap usaha harus punya pembeda. Pembeda si Ibu penjual adalah kualitas dan spesifikasi produknya. Ia tidak kompromi.
Hal ini mengingatkan saya pada ucapan Steve Jobs: "If you do the right things on the top line, the bottom line will follow."
Lakukan hal yang benar pada kualitas produk (top line), maka keuntungan (bottom line) akan mengikuti. Si Ibu penjual es teler itu adalah bukti nyatanya.